Mohon tunggu...
Shafira Firdausi
Shafira Firdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biologi

Sedang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Usaha Jual Beli Barang Bekas Ternyata Juga Terdampak

1 September 2021   13:00 Diperbarui: 1 September 2021   13:04 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus penderita COVID 19 masih terus bermunculan. Pandemi masih belum berakhir. Jumlah kasus masih terus menunjukkan fluktuasi, walaupun mayoritas menunjukkan kenaikan. Kita sudah melakukan PSBB, PPKM, atau banyak istilah dalam peraturan diterbitkan guna menekan angka penyebaran COVID 19. Pembatasan aktivitas memang sangat efektif dalam mengurangi potensi penyebaran.  Mungkin, bagi sektor kesehatan memiliki pengaruh yang baik. 

Namun, apakah itu tandanya tidak ada dampak negatifnya? Ada, tentu. Sangat banyak. Mari, sejenak kita menoleh pada sektor ekonomi. Pembatasan aktivitas itu juga berarti terdapat batasan dalam kegiatan jual-beli, daya beli menurun, modalpun semakin menipis. Mobilitas terbatas menyebabkan kegiatan ekonomi menurun. Dampaknya sangat terasa baik di sektor ekonomi mikro maupun makro, bahkan multinasional.

Ternyata, adanya pandemi dan pembatasan aktivitas sosial juga berdampak pada usaha barang bekas. Hal inilah yang dialami oleh Ibu Fitri, pelaku UMKM di daerah Jember. Beliau memiliki usaha yang berkecimpung dengan barang bekas, seperti kardus, koran, kertas, kemasan makanan, dan lain sebagainya. 

Beliau akan mengumpulkan semua barang yang dibelinya dari pedagang kecil. Barang-barang yang sudah dikumpulkan kemudian dijual kembali kepada usaha yang lebih besar atau kerap disebut suplier. Pada masa pandemi seperti ini, tenyata jumlah barang yang dikumpulkan tidak seberapa banyak. Pengiriman akhirnya terhambat. Ekonomi keluarga pun menjadi melemah. 

Apa sebabnya?

Aturan pembatasan yang telah dilakukan, nyatanya mempengaruhi jam kerja beberapa toko. Jumlah pelanggan mereka pun berkurang. Tidak banyak kardus yang terbuang. Tidak banyak yang bisa dibawa oleh pedagang kecil. Belum lagi, harga yang ditawarkan semakin tidak stabil dengan banyaknya kompetitor. Ternyata, mata rantai perekonomian bisa sampai ke titik trofik yang bahkan tidak kita sadari. Dari packing atau kemasan yang kita gunakan pun, dapat menjadi sumber penghasilan bagi orang lain.

"Banyaknya pesaing, jumlah barang sedikit, harga suplier yang tidak stabil, sangat sulit untuk diatasi pada saat ini. Biasanya dalam sebulan, kami bisa mengirim 2-3 kali, kali ini bahkan sulit mengusahakan satu kali pengiriman," ujar Ibu Fitri.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Mahasiswa KKN BTV III Universitas Jember mencoba mengulurkan tangan. Kami mengeksplorasi kebutuhan, menganalisis masalah, kemudian mencarikan solusi terbaik. Kami sedang mencoba upaya promosi menggunakan media digital. Tujuannya untuk memperluas jaringan, sehingga kardus, koran, dan kertas yang digunakan tidak sembarang dibuang atau bahkan dibakar. Cobalah untuk mulai mengumpulkan, kemudian menjual ke pedagang kecil. Nantinya estafet dari tangan ke tangan inilah yang dapat membantu perekonomian Ibu Fitri. 

Kami membuatkan beberapa akun sosial media, menjelaskan cara penggunaan, menjelaskan cara pelayanan yang baik sehingga da[at bersaing dengan banyaknya kompetitor. Kami melakukan pendampingan, mengupayakan solusi, dan tidak lupa mengingatkan akan pentingnya protokol kesehatan. (s.39)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun