Mohon tunggu...
Shafa Salsabila
Shafa Salsabila Mohon Tunggu... Freelancer - -

A mere student that happened to enjoy writing and reading.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Peristiwa Gerakan 30 September dalam Historiografi Indonesia

1 Januari 2021   03:04 Diperbarui: 1 Januari 2021   04:22 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

            Salah satu buku yang memberikan pandangan baru, untuk Penulis sendiri khususnya, adalah Hari-Hari Terakhir Sukarno yang ditulis oleh Peter Kasenda dan diterbitkan oleh Komunitas Bambu pada 2013. Buku ini mengisahkan tentang perjalanan Sukarno sejak sebelum Peristiwa G30S meletus hingga Beliau mengembuskan napas terakhirnya, termasuk pula rapat-rapat yang diadakan oleh para petinggi Partai Komunis Indonesia sepanjang September 1965, seperti Untung, Latief, Aidit, Sjam, dan lain-lain. Peter Kasenda menguak dan mengumpulkan fakta-fakta yang sebelumnya sudah ada dan beredar, untuk lalu dikompilasikan dalam satu buku, termasuk menyenggol sedikit adanya kemungkinan bahwa Soeharto pun saat itu kemungkinan memiliki sedikit andil dalam meledaknya Peristiwa G30S.

            Selain buku-buku non-fiksi, Peristiwa G30S juga diceritakan dalam kisah-kisah fiksi yang berlatar pada tahun 1965, baik di luar negeri maupun Indonesia, atau bagaimana anak dari seorang eks-PKI hidup dengan bayang-bayang bahwa keluarganya adalah musuh bangsa hidup di antara masyarakat penuh kebencian. Beberapa di antaranya seperti Amba karya Laksmi Pamuntjak, Pulang yang ditulis oleh Leia S. Chudori, atau Gadis Kretek yang merupakan karya dari Ratih Kumala. Ada juga upaya untuk menerbitkan kembali buku yang dahulu sempat terbit, tetapi beberapa bagiannya tak lulus sensor oleh pemerintah, seperti Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Meskipun novel-novel ini merupakan karya fiksi, namun, penulisan dan ide yang ada di belakangnya merupakan hasil dari riset mendalam atas sejarah, dalam hal ini adalah Peristiwa G30S, yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh penulisnya.

KESIMPULAN

            Penulisan sejarah, terutama Peristiwa G30S, pada Orde Baru dan Reformasi, memiliki fokus dan cara yang berbeda. Bila Orde Baru menuliskan dengan fokus untuk menyalahkan Partai Komunis Indonesia dan afiliasinya guna melanggengkan kekuasaan sekaligus menciptakan rasa nasionalisme dengan mengadakan musuh bersama, maka para penulis sejarah di era Reformasi menaruh atensinya untuk menguak peristiwa tersebut, mencari fakta-fakta baru yang disembunyikan, dan membuat kesimpulan darinya. Perbedaan dari jumlah perspektif yang berbeda juga memperlihatkan betapa sempitnya pandangan pada saat Orde Baru berkuasa karena kungkungan yang diberikan kepada masyarakat pada kala itu. Era Reformasi, dengan kebebasan berpendapatnya, membukakan pintu untuk para sejarawan menyatakan dan menyuarakan kebenaran yang sebelumnya ditutupi oleh suatu golongan yang ingin mendominasi politik negara. Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa sejarawan belum menyerah untuk mencerahkan pemikiran masyarakat yang sebelumnya telah ditanami bibit kebencian atas golongan tertentu dengan terus menciptakan karya-karya sejarah alternatif yang berbeda dari buku-buku terbitan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

 Achadi, Mohammad. 2011. Kabut G30S Menguak Peran CIA, M16, dan KGB. Yogyakarta: Narasi.

Anderson, Benedict dan Ruth McVey. 2017. Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Analisis Awal. Yogyakarta: Penerbit Gading.

Kasenda, Peter. 2013. Hari-Hari Terakhir Sukarno. Jakarta: Komunitas Bambu.

Notosusanto, Nugroho dan Ismail Saleh. 1980. Tragedi Nasional: Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia. Jakarta: PT Intermassa.

Permata, Harsa. 2015. Materialisme Sejarah Peristiwa Gerakan 30 September 1965. Yogyakarta: Elpueblo Tritama Mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun