Terlihat embun membasahi dedaunan, sisa sepi tadi malam. Ku rasa lelah menyergap kaki yang masih saja terus melangkah, menyibak gugur canda, mengungkap makna dibalik setiap senyum mereka, mencari sesuatu yang tak kunjung ku temukan. Sejenak aku menoleh pada setiap jejak langkah. Aku tak tahu, apakah akan ada kenangan yang tercipta? Ataukah hanya layaknya butiran embun yang seketika lenyap diselimuti sinar matahari? Aku tak peduli, mungkin kenangan tak harus tercipta untuk menemukan apa yang kucari. Biarkan ia hanya sebutir embun dikala pagi, namun ia selalu setia padanya. Biarkan ia sirna diselimuti matahari namun ia selalu lebih awal menyapa dedaunan. Mungkin ia selalu berbisik saat hendak pergi “aku akan kembali esok”.
Aku tak memperdulikan arah yang kutuju, bahkan mungkin kini aku sedang menyusuri hamparan kekecewaan, atau hamparan ketidak pastian. Apa aku harus menyalahkan keacuhan mereka yang tak memberi ku arah yang benar? Atau aku harus menyalahkan diri ku sendiri yang buta terhadap apa yang sedang kucari? Apa aku harus berhenti melangkah lalu menunggu? Tidak, alam tak se acuh mereka dan aku yakin alam akan menuntunku. Biarkan aku terdampar namun ku yakin alam akan menemaniku walau dengan sepinya.