Menariknya, dalam keresahan, kegelisahan, dan tidak berkutiknya para anggota dewan, kini para aktivis, tokoh, praktisi, dan intetual atau akademisi hadir menjalankan fungsinya sebagai oposisi baru yang menyuarakan kritik yang konstruktikf, rasional dan ilmiah terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Seperti Rizal Ramli Pakar Ekonomi Senior, Said Didu, Rocky Gerung, Haris Azhar sebagai aktivis HAM, Faisal Bahri, dan tokoh-tokoh lainnya.Â
Namun kritikan dan masukan tersebut seringkali ditafsirkan sebagai kebencian dan perlawanan terhadap pemerintah, sehinga berujung sebagai kasus kriminalisasi. Padahal setiap kritikan dan variable yang disampaikan oleh para intelektual atau akademisi bisa diuji relavansinya dalam ruang diskusi kemudian sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah.
Terakhir para para aktivis, praktisi, dan intetual atau akademisi memang lahir sebagai oposisi, tetapi oposisi tidak harus dicurigai dan dimusuhi, karena mereka merupakan rambu lalu lintas bagi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.