Yogyakarta -- Ketika sebagian besar orang terlelap dalam tidur, sebagian lainnya justru menemukan saat terbaik untuk menulis. Aktivitas menulis tengah malam kini menjadi kebiasaan sejumlah penulis muda yang merasa ide-ide kreatif justru muncul ketika suasana sudah sunyi dan tidak ada gangguan.
Salah satu penulis muda asal Yogyakarta, Lily (22 tahun), mahasiswa, mengaku bahwa waktu paling produktif untuk menulis justru terjadi antara pukul 00.00 hingga 03.00 dini hari. Menurutnya, suasana malam menawarkan ruang tenang yang sulit ditemukan di siang hari.
"Malam itu semacam ruang kosong yang jujur. Nggak ada notifikasi, nggak ada suara. Pikiran bisa jalan sendiri," ujarnya saat ditemui di kosnya, Sabtu (15/6).
Kebiasaan menulis di malam hari ini tidak didorong oleh kewajiban atau deadline, melainkan karena dorongan ide yang muncul secara tiba-tiba. Tulisan yang dihasilkan pun tidak selalu bersifat serius, terkadang hanya berupa catatan reflektif, puisi pendek, bahkan ide awal untuk naskah berita atau cerita pendek.
"Kadang saya buka laptop cuma buat ngetik satu paragraf, tapi dari situ berkembang. Rasanya lebih tulus dibanding waktu dipaksa harus nulis siang-siang," tambahnya.
Fenomena ini terjadi seiring dengan meningkatnya kebiasaan menulis digital di kalangan generasi muda. Banyak dari mereka yang lebih memilih menulis di aplikasi catatan, blog pribadi, hingga media seperti Kompasiana atau Medium. Beberapa menyebutnya sebagai late night journaling, tetapi bagi sebagian lain, ini adalah proses kreatif yang sepenuhnya intuitif.
Di lingkungan komunitas literasi Yogyakarta, kebiasaan ini juga mulai terlihat. Beberapa penulis memilih bertemu secara daring di tengah malam, sekadar berbagi draft atau membaca puisi karya teman. Aktivitas ini menjadi bentuk inovasi dalam pola menulis yang tidak lagi terikat waktu dan tempat.
Latar belakang waktu malam menjadi penting karena memberi efek psikologis dan teknis sekaligus. Tidak ada gangguan suara, lebih sedikit interupsi digital, serta memungkinkan fokus lebih dalam. Di beberapa kasus, malam hari juga menjadi ruang personal untuk mengekspresikan keresahan yang sulit tersampaikan di siang hari.
Meski tidak semua penulis nyaman menulis saat larut malam, namun mereka yang memilih waktu ini menyebutnya sebagai cara untuk "berdamai dengan isi kepala sendiri." Bahkan, beberapa menyebut bahwa menulis di malam hari bisa menjadi semacam terapi pribadi.