Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sanjaya Gugat

21 Juli 2021   00:59 Diperbarui: 21 Juli 2021   01:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di kaki gunung sawal, disuatu pagi yang cerah nampak dua orang pemuda sedang berlatih. Mereka sedang mengerahkan segala kemampuannya untuk mengalahkan teman berlatihnya. Pemuda yang satu menyerang dengan garang, sedang pemuda yang satunya nampak lebih banyak menunggu serangan dari lawannya.

Kedua pemuda itu berlatih dengan kerasnya bersama dengan seorang pemuda yang lain, apa yang telah diajarkan oleh gurunya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengenal lelah mereka berdua saling serang-menyerang. Kadang pemuda yang satu harus bertahan untuk menangkis serangan-serangan yang membadai yang dilakukan pemuda yang berkulit putih dan berwajah tampan itu. Walaupun Nampak kedua pemuda itu mempunyai ilmu yang setingkat, tetapi dengan berjalannya waktu nampak pemuda yang berkulit putih dan tampan lebih mempunyai kecepatan gerak dan kelincahan. Tetapi pemuda yang satunya mempunyai pertahanan yang kokoh, seperti batu karang di tengah pantai yang harus bertahan menghadapi hempasan ombak yang dahsyat.

Di kaki pegunungan yang dingin dan sejuk itu, tidak membuat kedua pemuda itu menghentikan latihan-latihannya. Semakin tinggi matahari, semakin cepat gerakan mereka. Pemuda yang berkulit putih dan tampan itu bergerak seperti seekor burung rajawali yang menyambar-nyambar dengan gerakan yang cepat. Sesekali bagaikan terbang mengitari lawannya, tetapi pada kesempatan yang tanpa diduga-duga melesat   melakukan serangan yang berbahaya untuk melumpuhkan lawannya. Pemuda yang lain yang menjadi kawan berlatihnya merasakan tekanan-tekanan yang hebat, tetapi dia mencoba untuk bertahan dengan tidak banyak melakukan gerakan-gerakan namun meningkatkan ketajamannya untuk mengikuti datangnya serangan dari lawannya. Pemuda itu tidak berani mengikuti kecepatan gerak pemuda tampan itu, karena dia merasa pasti kalah cepat, maka dia dengan cerdik mengimbanginya dengan membuat pertahanan yang kokoh.

Akhirnya pemuda yang tampan itu merubah cara bertempurnya, dia mulai mengurangi geraknya, tetapi dia melakukan serangan-serangan yang rumit dan cepat pada jarak dekat yang dilakukan secara beruntun pada pemuda lawan berlatihnya itu. Melihat berubahnya cara menyerang pemuda tampan itu, pemuda lawannya itu terkejut dan sekali dua kali terkena pukulan dan tendangan di tubuhnya. Pemuda itu harus segera mencari cara untuk mengatasi serangan pemuda tampan itu, karena bila tidak segera bertindak cepat, pemuda itu akan mendapatkan kesulitan untuk menghadapi pemuda yang tampan itu. Begitu sedikit saja ada kesempatan maka pemuda itu melenting melakukan lompatan panjang untuk menghindari serangan jarak pendek dan cepat tersebut. Pemuda tampan itu terkejut, tiba-tiba lawannya sudah menjauh darinya. Maka ketika pemuda tampan itu mengejarnya dengan serangan-serangan bagai air bah yang tumbah. Pemuda yang menjadi lawan pemuda tampan itu sudah siap untuk menghadapinya.

Pemuda itu meladeni pertempuran jarak dekat yang diingini pemuda tampan itu, maka latihan semakin menunjukkan gerakan-gerakan yang penuh dengan perhitungan yang matang dan kecermatan, karena kesalahan sedikit saja akan dapat dimanfaatkan lawan untuk memasukkan serangannya. Mereka sudah saling mengenal gerakan masing-masing, karena mereka berguru pada guru yang sama. Yang membedakan mereka berdua adalah pengalaman hidup yang telah dilalui mereka berdua. Pemuda tampan itu berasal dari kalangan keluarga istana kerajaan, walaupun akhirnya harus terusir dari dalam istana karena pemberontakan yang terjadi. Sedangkan pemuda yang satunya seorang anak pengembara dari wilayah timur, tetapi di perjalanan orang tuanya meninggal dunia, sehingga akhirnya dia ditemukan oleh seorang tua yang baik hati dan mengangkatnya sebagai anak dan sekaligus muridnya. Orang tua itu sekarang telah menjadi gurunya dalam ilmu-ilmu olah kanuragan dan olah kajiwan.

Latihan kedua pemuda itu berlanjut terus, serang-menyerang dan menangkis dan membuat pertahanan dilakukan mereka berdua dengan keserasian gerakan yang setiap langkahnya sudah diperhitungkan dengan cermat dan matang. Semakin menjelang sore hari latihan itu semakin keras, tenaga mereka masih tetap seperti semula, tidak kelihatan kelelahan diantara mereka. Hal ini karena kebiasaan latihan-latihan yang mereka lakukan dengan teratur dan juga kemampuan mereka untuk menyimpan dan mengeluarkan tenaga yang ada di dalam diri mereka, sudah mereka kuasai dengan baik. Sehingga tenaga dari dalam diri mereka bagaikan mata air yang keluar terus-menerus tak ada habisnya. Mereka bukan hanya menggunakan tenaga fisik mereka semata, tetapi sudah menggunakan tenaga-tenaga cadangan yang ada dalam tubuh mereka.

Namun ditengah-tengah latihan yang semakin seru itu, tiba-tiba dari balik pohon-pohon dan daun-daun di hutan itu muncul beberapa orang yang telah mengelilingi dua  pemuda itu, sehingga dua pemuda itu mulai menyadari bahaya yang bakal mereka hadapi.

Ha...ha...ha....selamat bertemu Rakyan Sanjaya, ternyata kalian disini. Sudah lama saya mengelilingi gunung sawal ini. Baru sore ini saya beruntung melihat kamu sedang berlatih bersama temanmu itu.

"Siapa kalian dan punya tujuan apa kalian mencari aku?", tanya Rakyan Sanjaya. "Ha...ha...kamu aneh Rakyan Sanjaya, apa kamu tidak tahu bahwa nyawamu punya harga yang mahal sekali," kata salah satu dari orang yang mengelilingi itu yang nampaknya adalah pimpinan orang-orang itu. Rakyan Sanjaya nampak kaget dengan ucapan pimpinan orang-orang itu.

Aku tidak mengerti apa maksudmu bahwa nyawaku punya harga yang mahal. Ayo katakan dengan jelas jangan berbelit-belit, tegas Rakyan Sanjaya.

Baiklah kalau kamu belum mengerti juga Rakyan Sanjaya. Saya akan memberikan penjelasan kepadamu, kata pimpinan orang-orang yang mengelilingi Rakyan Sanjaya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun