Saya sudah di titik lelah dalam menjelasakan bahwa, saya punya kecenderungan social energy drainer. Sederhananya, merasa capek sendiri setelah banyak berinteraksi dengan khalayak.
Kerabat saya yang mengerti akan kondisi sekaligus fenomena ini, bisa langsung memahami jika setelah bercanda dan/atau bercengkrama, saya butuh time out---beristirahat sementara waktu, mengambil jeda, mengumpulkan energi kembali, apa pun itu.
Namun, sialnya, sebagian lagi enggan untuk mengerti. Boro-boro social energy saya divalidasi, yang ada malah dihakimi dengan berbagai ungkapan.
Seperti, "Kenapa? Nggak suka, ya, ngumpul kayak gini?"
"Kok tiba-tiba diam aja? Kita ada salah ngomong, ya? Dirimu ngambek?"
Atau, "Kalau nggak mau ngumpul dari awal, bilang aja. Tiba-tiba diam gitu jadi bikin suasana nggak enak, lho."
Tiap kali saya diserbu dengan kalimat tersebut, saya cuman bisa tarik nafas sambil mbatin,
"Haaah, seandainya aja kalian mau memahami atau setidaknya mengerti, saya nggak kenapa-kenapa. Cuman capek bicara, interaksi, dan bercanda. Hanya butuh jeda sebelum nanti mulai berbincang kembali."
Pada akhirnya, saya selalu menjelaskan seperti apa dan bagaimana social energy drainer menguras tenaga selama berkumpul. Apalagi selama kumpul lebaran. Rasanya itu, lho. Hadeeeh.
Meski sebagian kerabat bilang apa yang saya rasakan sekaligus alami tergolong "lebay", setidaknya saya sudah mencoba untuk memberi penjelasan dengan baik.