Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Peralihan Proses Perekrutan dari Tatap Muka Menjadi Online adalah Hal yang Sentimentil bagi Saya

13 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2021   08:05 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wawancara kerja: Shutterstock via Kompas.

Saya mencintai profesi saya sebagai rekruter dengan segala deskripsi pekerjaan yang dilakukan. Screening CV, menghubungi/mewawancara kandidat, dan memberikan serangkaian tes sesuai kebutuhan.

Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan dan sulit terpisahkan. Meski sulit dimungkiri, beberapa hal seperti: menyusun report, berhadapan dengan target sekaligus deadline, terkadang menjadi momok yang bikin pening ubun-ubun.

Namun, di sisi lain, saya sangat menyadari bahwa segala yang saya alami dan hadapi, merupakan bagian dari pekerjaan yang tidak mungkin dihindari. Mau nggak mau, suka atau tidak, harus diselesaikan.

Selama bekerja sebagai rekruter, saya terbiasa melakukan serangkaian proses end to end secara offline-konvensional-bertatap muka dengan para pelamar kerja.

Rasanya sangat menyenangkan, seakan ini adalah passion yang sulit tergantikan. Sampai akhirnya badai covid-19 datang tanpa diundang dan bikin susah banyak perusahaan, juga segala lini di ruang lingkup pekerjaan. Termasuk para HRD, karyawan, dan pelamar kerja.

Kalau covid-19 serupa pelamar kerja, sumpah demi apa pun, nggak akan saya proses sama sekali dan nggak lolos screening awal. Semisal terlanjur lolos screening dan harus diwawancara, prosesnya nggak akan saya teruskan untuk bertemu dengan user. Kalaupun ternyata lolos sampai diterima kerja, haqulyakin, pasti akan dibenci orang sekantor karena hobi bikin masalah. Toxic. Sampai akhirnya kena SP-3 lalu dikeluarkan dari kantor dengan tidak hormat.

Nggak, deng. Canda. Hehehe.

Lha, gimana. Karena covid-19 yang menyengsarakan banyak orang itu, proses seleksi karyawan secara langsung dan tatap muka yang saya sukai pun harus ikut beradaptasi.

Secara perlahan prosesnya beralih menjadi online atau dalam format digital. Termasuk wawancara tahap awal, psikotes, sampai dengan sosialisasi kontrak kerja.

Jujur saja, saat ini, saya merasa kehilangan sekaligus merindukan beberapa momen ketika melakukan proses seleksi karyawan secara langsung/tatap muka.

Mulai dari hal yang sepele seperti menyapa sekaligus salaman dengan para pelamar kerja lalu mempersilakan duduk di ruangan wawancara, melihat dan observasi kesiapan-kedewasaan-kegugupan kandidat saat wawancara berlangsung, sampai dengan menegur beberapa hal konyol yang kerap kali dilakukan saat psikotes: menyontek dan/atau bermain hape.

Sebagai seseorang yang terbiasa melakukan "perjudian" terhadap proses end to end seleksi karyawan---karena sering kali dilabeli penentu nasib orang lain (meloloskan atau menggagalkan)---saya dituntut untuk beradaptasi.

Semua proses harus dilakukan secara online, karena menyesuaikan keadaan terkini. Hal ini terasa sentimentil bagi saya, karena keseruan dan kebahagiaan saat menjalani proses secara tatap muka, hampir tidak lagi dirasakan, juga ditemukan.

Pada titik tertentu, saya sangat merindukan segala proses seleksi karyawan secara langsung dan tatap muka.

Memang, sebelum pandemi menyerang, beberapa proses di banyak perusahaan sudah dilakukan secara online melalui berbagai platform. Namun, tidak semasif sekarang.

Di sisi yang lain, saya sangat menyadari, proses secara online wajib dilakukan sebagai tindakan preventif di ranah profesional, khususnya ruang lingkup pekerjaan, untuk meredam penyebaran virus yang nyebelinnya naudzubillah setan ini.

Ya, gimana ya. Saya betul-betul nggak menyangka, beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan oleh HRD atau rekruter, secara perlahan dan bertahap akhirnya akan terdisrupsi juga. Tergantikan---atau lebih tepatnya dibantu---oleh perangkat digital dengan segala sisi positif dan negatifnya.

Mungkin memang benar adanya bahwa, pandemi, di satu sisi menghilangkan beberapa job desc di ranah profesional. Namun, di sisi lainnya, menghasilkan banyak job desc baru yang berkaitan erat dengan online dan digital.

Bagi saya, ini betul-betul sentimentil. Sangat sentimentil. Sebab, di waktu mendatang, meski pandemi sudah dinyatakan berakhir, melakukan serangkaian proses end to end secara online hampir bisa dipastikan akan menjadi tren di ruang lingkup seleksi karyawan, di banyak perusahaan.

Jika sudah demikian, bukan hanya HRD atau rekruter di perusahaan yang harus beradaptasi, para pelamar kerja juga mesti membiasakan sekaligus mawas diri terhadap segala proses seleksi karyawan yang diikuti.

Pada akhirnya, cepat atau lambat, proses seleksi karyawan secara tatap muka akan menjadi bagian dari kenangan yang, bagi saya, sangat sulit dilupakan. Bahkan, akan selalu saya ingat agar kelak bisa menjadi bahan cerita.

Betapa nano-nano yang dirasakan saat melakukan perekrutan secara tatap muka. Namun, percayalah. Segala lelah-mumet-pening yang dirasa, selalu terbayar tuntas tiap kali saya menginformasikan secara langsung kepada para kandidat yang dinyatakan lolos, lalu dibayar oleh mereka dengan senyum bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun