Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tips Melepas Penat Selama Kerja di Rumah yang Bisa Dilakukan Para Pekerja

29 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 29 Juni 2020   20:16 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi work from home atau bekerja dari rumah.| Sumber: Shutterstock publikasi via Kompas.com

Sudah hampir empat bulan saya bekerja dari rumah. Awalnya sih fine-fine aja, menyenangkan gitu. Nggak perlu bangun sekaligus berangkat terlalu pagi, pulang larut malam, plus bermacet-macetan di sepanjang jalanan ibu kota. Mengingat domisili saya di Bogor dan lokasi kerja di kawasan Jakarta.

Sampai akhirnya, perlahan saya mulai penat dan sangat suntuk bekerja di rumah. Awalnya, saya pikir manusiawi, lama-lama kok malah tuman dan semakin menjadi. Mumet. Hiks :'(

Ditambah dengan minimnya interaksi dengan orang lain secara langsung. Mau bagaimana pun, pada hakikatnya, manusia itu kan makhluk sosial yang sampai kapan pun akan membutuhkan interaksi langsung antara satu dengan lainnya.

Selama dua bulan terakhir saya sempat uring-uringan, memikirkan bagaimana caranya agar saya merasa fun dan kembali nyaman dalam bekerja. Apalagi selama beberapa bulan terakhir, banyak diantara para pekerja kantoran yang mau tidak mau harus bekerja dari rumah untuk menjaga jarak dan mematuhi aturan PSBB. Ditambah, selalu dihadapkan dengan rutinitas yang itu-itu aja, wajar saja jika saya---mungkin juga banyak pekerja di luar sana---merasa penat.

Saya sudah coba menghibur diri dan melepas penat dengan beberapa cara, diantaranya bermain game, menonton banyak film di aplikasi pemutar film berbayar (legal), juga menonton beberapa cuplikan komedi di YouTube.

Dalam jangka waktu yang tidak begitu lama memang berhasil. Namun, beberapa jam setelahnya, saya kembali merasa suntuk dan penat.

Saya sampai berpikir, apakah batas normal seseorang untuk tidak berinteraksi dengan orang lain secara langsung dan hanya berada di rumah adalah sekira tiga bulan---lalu selebihnya banyak orang akan merasa suntuk, jenuh, dan penat?

Sayangnya, setelah mencari tahu secara mandiri di internet mengenai penelitian terkait, yang saya dapat nihil. Kosong. Saya belum menemukan hal apa pun guna mendapat insight terkait hal tersebut.

Karena saya merasa harus memperjuangkan kebahagiaan dan kenyamanan saya dalam bekerja, akhirnya saya mencoba metode trial and error, selain hanya bermain game dan nonton. Beberapa hal yang saya lakukan, antara lain:

Pertama, berpindah-pindah ruangan kerja dan memanfaatkan ruangan lain di rumah.

Kesalahan pertama saya ketika kerja di rumah adalah menggunakan satu ruangan itu-itu saja, sehingga apa yang saya kerjakan terkesan monoton. Seperti tidak ada pemandangan lain. Padahal masih ada beberapa ruangan seperti ruang tv atau teras yang masih bisa digunakan untuk bekerja.

Ilustrasi pekerja penat dalam bekerja. Sumber: eyesafe.ca via blog.spacestock.com
Ilustrasi pekerja penat dalam bekerja. Sumber: eyesafe.ca via blog.spacestock.com

Setelah saya coba berpindah tempat, rasanya jadi sedikit fresh dan gairah bekerja hidup kembali. Hal ini juga berlaku untuk seseorang yang ngekos, lho. Meski hanya berukuran petakan, bisa diakali dengan bekerja di kamar kos teman yang berada di depan atau sebelah kamar kita. Biar nggak gitu-gitu aja pemandangan yang dilihat.

Kedua, ketika sudah penat segera berbagi cerita dengan orang terdekat dan bisa dipercaya.

Orang terdekat yang dimaksud tentu secara luas, tidak terbatas hanya pasangan atau pacar. Bisa juga ke orang tua, keluarga, juga kerabat di mana pun berada. Baik secara langsung atau cerita via telepon juga pesan singkat.

Tidak perlu gengsi bercerita tentang masa sulit atau penat dalam bekerja. Percayalah, semua orang pernah mengalami masa sulit, termasuk ketika bekerja. Dengan bercerita, kita akan sedikit merasa lega. 

Namun, dalam bercerita, tentu kita harus memilah, mana rekan yang bisa dipercaya. Sebab, jika salah, yang ada malah toxic. Niat bercerita tentang penat agar bisa merasa lega, eh, ini malah semakin penat karena diceramahi.

Saya sudah melakukan kedua hal sederhana tersebut. Dan saya cukup yakin, bisa dilakukan oleh banyak pekerja yang bekerja di rumah selama 3-4 bulan terakhir, di mana pun.

Semoga, penat, jenuh, dan suntuk yang kita semua rasakan selama bekerja di rumah mendapat akhir yang bahagia. Tak lain dan tak bukan adalah, pandemi global yang semoga segera berakhir. Meski sulit untuk kembali seperti sedia kala, paling tidak harapan untuk kehidupan yang lebih baik selalu ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun