Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Berdamai dengan Sindrom Burnout, Luangkan Waktu untuk "Me Time"

3 Januari 2020   17:15 Diperbarui: 3 Januari 2020   18:58 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja | Photo by Bethany Legg on Unsplash (unsplash.com/@bkotynski)

Pertengahan bulan tahun lalu, terhitung dari bulan Juli lalu atau sekitar setelah lebaran, rasanya tugas dan tanggung jawab di kantor tidak kunjung selesai.

Pekerjaan menumpuk, begitu satu tugas selesai, tugas yang lain menanti untuk segera dituntaskan. Memang, sampai kapan pun pekerjaan di kantor itu akan selalu ada. Sempat terpikir, mungkin saya yang terlalu manja sebagai pekerja.

Bukan tanpa alasan, selama kurang lebih total lima tahun bekerja secara profesional (di suatu perusahaan) sampai dengan saat ini, pada tiga bulan terakhir saya merasakan rasa lelah yang berlebihan, baik secara fisik maupun pemikiran.

Hal ini terasa kurang baik bagi saya, karena saya sendiri merasa menjadi kurang produktif dan kehilangan percaya diri untuk berkomunikasi dengan banyak rekan. Segala sesuatunya menjadi terasa kurang efisien.

Pada dasarnya, saya menyukai apa yang selama ini dikerjakan di kantor. Bahkan tidak ada masalah sama sekali dengan hal tersebut. Namun, entah kenapa gairah atau semangat dalam bekerja tiba-tiba berkurang, diiringi rasa letih, kurangnya percaya diri, dan kurang produktif, lebih parahnya lagi saya merasa hampa. Kemudian saya berpikir, ternyata passion yang ada pada diri belum cukup untuk mengembalikan semangat bekerja.

Agar permasalahan lebih mudah dideteksi juga diatasi, biasanya saya mencari tahu dari mana asal juga sumbernya. Yang jelas, saya tidak ada masalah dengan rekan kerja, komunikasi pun berjalan dengan baik.

Dalam hal pekerjaan pun kami terbiasa saling membantu. Semuanya seakan normal dan tidak ada masalah sama sekali. Walau dibalik itu saya sadar, produktivitas seakan perlahan menurun.

Ilustrasi lelah ketika bekerja: hellosehat
Ilustrasi lelah ketika bekerja: hellosehat
Sampai akhirnya saya menyadari, pada titik ini, ada kemungkinan saya mengalami gejala sindrom burnout. Sindrom burnout adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa stress dan lelah karena pekerjaan yang dilakukan.

Dan selama tiga bulan terakhir, hanya rasa malas bercampur lelah yang saya rasakan pada saat pergi ke kantor. Namun, saya mencoba tetap tenang dan tidak mengambil keputusan atas dasar emosi sesaat dengan berhenti dan mencari pekerjaan lain.

Resign dan menemukan pekerjaan baru dengan segala fasilitas juga benefit yang didapat mungkin akan menyenangkan, tapi bagi saya, tentu tidak sedang dalam kondisi gejala sindrom burnout.

Masih ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, dengan me time, misalnya. Melakukan pelbagai hal yang disukai, berkutat kembali dengan hobi, membuka obrolan dengan banyak teman, atau mengambil jatah cuti dan liburan sesuka hati.

Perlahan, saya dapat mengatasi hal tersebut dan kembali menjalani aktivitas dalam bekerja seperti biasa. Sindrom burnout, dengan atau tanpa disadari harus segera diatasi. Sebab, burnout adalah awal dari depresi, kata seorang Psikolog di University of California Berkeley.

Kejadian tersebut pernah dialami oleh salah satu saudara saya yang bahkan sampai kesulitan untuk tidur nyenyak karena beban pekerjaan dan kurangnya dukungan dari rekan kerjanya. Seakan semua tugas dan pekerjaan yang ada hanya menjadi tanggung jawabnya.

Bahkan, dia bercerita saat berada dalam kondisi tersebut sempat ada keinginan untuk bunuh diri karena merasa depresi. Beruntung, suatu artikel yang berisikan motivasi hidup menyelamatkannya.

Tiba-tiba dia teringat akan sakitnya bunuh diri juga pemikiran bagaimana jika nantinya harus meninggalkan keluarga serta orang tua. Perlahan, dia mulai menemukan kembali jati dirinya dan menjadi seseorang yang optimis dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Bagi para pekerja, jika hanya memikirkan tugas di kantor memang tidak akan ada habisnya. Selalu saja ada yang dikerjakan, berikut juga target yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya meluangkan waktu untuk me time, melakukan apa yang disukai, tujuannya untuk mengisi kembali semangat dan energi.

Siapa pun bisa terkena gejala sindrom burnout, karenanya, saran saya, baiknya kita mengenali batas maksimal pada diri sendiri, kapan harus istirahat atau bahkan kapan harus berhenti, bukan berarti melarikan diri dari tanggung jawab.

Ingat, sekeras apa pun kita bekerja, kesehatan tetap menjadi hal utama meski akhirnya sering terlupakan.

Hargai pencapaian diri, jika memang dibutuhkan, segeralah rencanakan liburan. Apa pun itu, yang penting bisa membuat diri sendiri kembali bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun