Mohon tunggu...
Seto Galih Pratomo
Seto Galih Pratomo Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Anggota Parlemen Remaja DPR-RI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengkritisi Sistem Pendidikan di Indonesia Melalui Kasus Perpeloncoan Ospek

16 September 2020   07:40 Diperbarui: 17 September 2020   00:10 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian menyoal makian yang tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai penghinaan yang diatur dalam Pasal 310 ayat 1 KUHP.

Maka perlu berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal kepada orang lain termasuk perpeloncoan dikala ospek dijenjang pendidikan.

Ditarik dari faktor historis Indonesia yang mengalami penjajahan beratus tahun lamanya yang kini masih berbekas disistem pendidikan kini.

Dahulu seorang penjajah Indonesia dari Netherlands atau Belanda bernama Herman Willem Deandels yang merupakan pionir awal mula pendidikan sekolah di Indonesia karena mendirikan sebuah Sekolah Ronggeng. 

Pada dasarnya sekolah tersebut mempertemukan pendidikan barat dan timur yang berawal mengenalkan huruf-huruf pada bulan Juni 1810.

Kemudian pada tahun 1811 di Batavia yang sekarang Jakarta, Deandels membentuk sekolah bidan. Pendidikan di zaman tersebut memberikan suatu sajian untuk menurut dan menghafal materi yang diberikan. Dalam keadaan penjajahan, seseorang yang dijajah akan turut ikut kepada seorang penjajah. 

Hal itulah yang terjadi di sistem pendidikan kolonial yang bisa dikatakan penerapannya sampai saat ini.

Namun diketahui institusi pendidikan pertama di Indonesia yang merupakan wilayah nusantara adalah Pondok Pesantren yang eksis sampai saat ini, dibangun oleh para pendakwah Islam di tanah jawa yaitu Walisongo yang pada abad 14-16 yang mendirikan pondok pesantren pertama kali di Kembang Kuning, Surabaya atau dikenal dengan Pondok Pesantren Ampel Delta. Sistem pendidikan di Pondok Pesantren pun lebih mengedepankan sistem menghafal.

Namun yang paling berbekas dengan sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah sistem pendidikan kolonial.

Dalam merespons tersebut, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan lembaga pendidikan Taman Siswa sebagai respon perlawanan kepada penjajah.

Taman Siswa ini menjadikan sekolah untuk taman bermain bagi siswanya yang bebas berkreasi dan bisa dijangkau oleh siapa saja termasuk rakyat biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun