Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mampukah Indonesia Melawan "Kutukan" Masa Lalu?

6 Juni 2020   17:30 Diperbarui: 8 Juni 2020   16:46 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wikivisually.com/wiki/Japanese occupation of the Dutch East Indies

Kolonialisme menjadi salah satu sejarah penting bagi dunia termasuk Indonesia. Anthony D. King dalam bukunya yang berjudul Urbanism, Colonialism, and the World-Economy menyebut bahwa kolonialisme meletakkan negara-negara pinggiran sebagai salah kekuatan global atau sebagai negara pemasok bahan mentah.

Sebut saja, Afrika dan Asia Tenggara, negara-negara yang fungsinya pada era kolonial ditempatkan sebagai pemasok bahan mentah utama dunia.

Bahan-bahan mentah tersebut diolah di wilayah-wilayah pusat atau metropolis di wilayah jajahan para era tersebut.

Akibatnya, identitas ekonomi negara-negara terjajah bersifat ekstraktif dengan mengedepankan pada keunggulan bahan-bahan mentah.

Adanya metropolis wilayah tersebut jika ditengok dalam sejarah Indonesia ada dalam wilayah Batavia hingga wilayah-wilayah yang terdapat jalur rel kereta api di Pulau Jawa.

Tak heran jika melihat stasiun di wilayah-wilayah lajur kereta selalu ditandai dengan keberadaan pabrik-pabrik tebu yang kemudian dijadikan gula pasir misalnya di Semarang, Pekalongan, Yogyakarta, hingga Solo.

Oleh karena itu, salah jika kita mengatakan bahwa jalur transportasi buatan Belanda merupakan warisan untuk sarana perpindahan mobilitas nenek moyang kita, melainkan jalur-jalur tersebut dibuat tidak lain untuk mengedarkan bahan-bahan mentah untuk diproduksi dan dipasarkan di pasar internasional.

Inilah yang menyebabkan Karl Hack dan Tobias Rettig dalam bukunya Colonial Armies in Southeast Asia menyebut ciri dari penjajahan Belanda, selain menguasai jalur-jalur perdagangan seperti wilayah pesisir, Belanda juga menguasai sampai kepada wilayah-wilayah pedalaman untuk kekuatan produksi.

Hal ini tercermin dari pembukaan perkebunan-perkebunan teh, kopi, hingga kina yang hasilnya diambil oleh para penjajah tersebut.

Mungkin hal inilah yang menyebabkan Belanda bisa membangun Amsterdam, Rotterdam, Den Haag, Utrecht, dan kota besar lainnya di Belanda yang pesat saat ini.

Dengan dmeikian, Hindia Belanda (Indonesia) kala itu merupakan bagian dari kekuatan global namun hanya diletakkan sebagai kekuatan pinggiran yang perannya hanya sebagai pemasok, bukan pemain utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun