Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Efek Pandemi: Momentum Penguatan Solidaritas Sosial?

12 April 2020   13:46 Diperbarui: 12 April 2020   13:49 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bantuan hand sanitizer dan masker bagi para Ojol (Sumber: Katadata.co.id)

Kaitannya dalam sebuah bencana yang di hadapi masyarakat, solidaritas sosial menjadi senjata pemulihan dengan orientasi pada faktor kemanusiaan sebagai sesama makhluk sosial.

Robin S. Cox dan Karen-Marie E. Perry dalam Like a Fish Out of Water: Reconsidering Disaster Recovery and the Role of Place and Social Capital in Community Disaster Resilience, menggaris bawahi poin penting adanya pemulihan suatu bencana adalah timbulnya modal sosial yang baru. Modal sosial berbentuk kepercayaan, jaringan, dan norma. Ketiga unsur ini akan membentuk kekuatan masyarakat dan menyatukan segala kepentingan dengan tujuan yang sama, pemulihan akan dampak bencana.

Momentum Penguatan Solidaritas?

Menurunnya solidaritas sosial masyarakat saat ini menjadi fenomena umum terjadi. Bagaimana masyarakat perdesaan mengalami pelunturan budaya gotong royong, dan masyarakat perkotaan semakin individualistis. Keduanya terjadi di Indonesia sehingga sekat pemisah kepentingan sangat erat terjadi. Ujung-ujungnya polarisasi masyarakat atas nama kepentingan terjadi, baik agama, suku, ras, atau politik-ekonomi. Lebih jauh hal ini sebabkan disintegrasi bangsa ditengah multikulturalisme etnik.

Adanya efek pandemi menjadi cerminan baru masyarakat Indonesia, hal ini akan menyatukan berbagai kepentingan dalam wadah yang sama yakni bersatu melawan pandemi melalui solidaritas sosial.

Modal sosial yang telah lama luntur karena pelbagai kepentingan sudah saatnya dipupuk ulang melalui kepercayaan, jejaring, dan norma. Kepercayaan antar lini, baik pemerintah mapun rakyat, pedagang kaki lima, dan polisi, begitu pun para politisi dan wartawan akan terbentuk melalui harapan, keyakinan, dan kejujuran semua elemen dengan prioritas kepentingan nyawa dan hajat hidup orang banyak. Namun, kepercayaan ini akan terbentuk melalui jejaring yang kuat antar elemen masyarakat yang menghasilkan norma-norma yang wajib dilakukan setiap elemen masyarakat ketika menghadapi pandemi.

Kita tentu tidak ingin mendengar kebingungan informasi akibat koordinasi antar lini yang buruk. Atau kita tidak ingin melihat bantuan materi yang tidak tepat sasaran akibat jejaring dan aturan yang buruk. Kesemua ini bagian dari solidaritas sosial untuk pemulihan pandemi corona.

Akhirnya, berbagai dukungan dan bantuan yang hadir haruslah terejawantahlan dalam rasa kemanusiaan, rasa saling memiliki, dan keadilan sosial anatar lini masyarakat. Sehingga setidaknya kita bisa berkaca pada apa yang dikemukakan Weber mengenai model konflik yang berfokus pada ketidaksetaraan kelas, status, dan kekuasaan yang terstruktur. Ketidaksetaraan tersebut harus dihilangkan dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Peran dan tanggung jawab elemen masyarakat dalam balutan modal sosial tidak hanya terwujud dalam solidaritas pemulihan pandemi namun bisa berdampak pada kepeduliaan pasca pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun