Mohon tunggu...
Setianing Rahayu
Setianing Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Assalamualaikum Wr.WB saya Setianing Rahayu dari kudus jawa tengah

semoga karyaku bisa bermanfaat untuk semua orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Rumit Sang Pemburu Mimpi

10 November 2020   20:40 Diperbarui: 10 November 2020   20:56 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat hari pelepasan peserta didik di salah satu sekolah menengah atas, ada seorang murid bernama Zheva yang terlihat sangat murung dan tidak ada sedikitpun kebahagiaan di raut wajahnya. Padahal, sebentar lagi ia akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.  “ Zhev, kamu kenapa kok murung gitu?” tanya Yasmin teman sekolah Zheva. “Aku tidak apa-apa kok Yas,” jawab Zheva singkat. Yasmin tidak begitu saja percaya, ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Zheva. Yasmin pun bertanya kembali kepada Zheva, “ kamu kenapa sih Zhev, cerita sama aku. Aku janji tidak akan menceritakannya kepada orang lain,” paksa Yasmin. Zheva akhirnya luluh dengan bujukan Yasmin dan memberitahu mengapa ia sangat murung.        “ Begini Yas, aku ingin sekali melanjutkan kuliahku di luar kota, tapi kedua orang tuaku tidak mengizinkan. Kalaupun aku kuliah di luar kota, aku juga tidak akan hidup sendirian,” cerita Zheva. Setelah mendengar cerita itu, Yasmin bertanya kepada Zheva, “ maksudnya tidak hidup sendirian apa Zhev?”  “Maksudnya, kalau aku melanjutkan kuliah ke luar kota, disana nanti aku akan tinggal bersama kakak dan nenekku,” terang Zheva. “Menurutku, mungkin orang tuamu khawatir jika kamu tinggal berjauhan dengan mereka, dan mungkin juga orang tuamu takut merepotkan nenekmu disana,” jelas Yasmin. “Tapi Yas, aku ingin hidup mandiri. Aku tidak mau terus diremehkan orang karena aku terlalu manja,”sanggah Zheva. Yasmin merasa bahwa Zheva tidak salah jika ia ingin melanjutkan pendidikannya ke luar kota karena itu bisa membuatnya lebih mandiri serta menambah pengetahuan dan pengalamannya. Yasmin kemudian memberikan saran kepada Zheva untuk pelan-pelan membujuk kedua orang tuanya supaya bisa mengizinkan Zheva melanjutkan kuliah ke luar kota. “ Zhev, coba kamu pelan-pelan bujuk orang tuamu agar kamu bisa melanjutkan kuliah keluar kota, karena menurutku rencanamu itu bisa menentukan masa depanmu nanti,” saran Yasmin. Zheva akhirnya menerima saran dari Yasmin dan ia mencoba untuk membujuk orang tuanya.       

Keesokan harinya, saat Zheva dan orang tuanya sedang makan siang bersama, Zheva mulai berbicara kepada orang tuanya, “ayah, ibu Zheva mau bicara” ucap Zheva. “Iya nak, kamu mau bicara apa?” tanya ayah Zheva. Zheva perlahan-lahan mulai berbicara kepada orang tuanya tentang rencananya untuk melanjutkan kuliah ke luar kota. “Begini ayah, aku ingin melanjutkan kuliahku di luar kota, di tempat nenek. Bolehkan ayah?” bujuk Zheva kepada ayahnya. Ayah Zheva yang sedang makan, langsung menghentikan makan siangnya dan berkata, “ayah tidak setuju jika kamu mau berkuliah di luar kota, disana tidak ada ayah dan ibu nak, kalau kamu membutuhkan sesuatu bagaimana?” “ Tolonglah ayah, sekali ini saja penuhi keinginanku,”bujuk Zheva sambil memegang tangan ayahnya. “ Sekali ayah bilang tidak, ya tidak. Kamu tidak usah memaksa ayah, ayah tau mana yang terbaik untukmu.”  Zheva hanya terdiam dan tertunduk lesu mendengar perkataan ayahnya yang sedikit emosi. “Sudahlah nak, tidak usah sekolah jauh-jauh, disini juga banyak sekolah yang bagus dan favorit,” sambung ibu Zheva. “Tapi ibu, aku  ingin melanjutkan sekolah keluar kota, supaya aku punya banyak pengalaman, lagi pula disana aku juga tidak akan sendirian,kan ada kak Doni dan nenek,” ucap Zheva seraya menatap mata ibunya. “Iya nak, ibu tau, tapi ibu takut jika kamu nanti disana merepotkan nenek. Lagi pula selama ini, kalau kamu butuh apa-apa, kamu selalu minta dengan ayah dan ibu. Kalau kamu tinggal disana, pasti kamu akan bingung, mau beli ini dimana, mau beli itu dimana. Belum lagi kalau kamu sakit, tidak ada yang bisa memperhatikanmu seperti ibu. Membelikanmu obat, memberimu makan tepat waktu, mengompres keningmu jika kamu demam, mengingatkanmu jika kamu tidur terlalu malam. Apakah kamu bisa tinggal disana tanpa ayah dan ibu?” nasihat ibu kepada Zheva. Zheva hanya terdiam dan tertuduk, tidak ada kata-kata sedikitpun terlontar dari mulutnya. Mata zheva terlihat berkaca-kaca seperti ingin menangis. Tapi Zheva tidak gentar meyakinkan ayah dan ibunya bahwa ia bisa hidup mandiri. Dalam keadaan menangis tersedu-sedu, Zheva terus membujuk ayah dan ibunya sampai makan siang mereka berakhir. Tetapi, orang tuanya tetap pada pendirian mereka.                                                   

 Malam harinya, saat orang tuanya menonton televisi di ruang tengah, Zheva datang dari kamarnya dan membujuk lagi kedua orang tuanya agar mereka mau menuruti keinginannya. “Ayah,ibu tolong sekali ini saja turuti permintaanku, aku ingin menjadi anak yang mandiri, aku ingin membuktikan kepada semua orang kalau aku bisa sukses dengan caraku sendiri,” bujuk Zheva sedikit memaksa. Ayah Zheva langsung berdiri dan berkata kepada Zheva dengan tegas, “kapan sih nak, ayah tidak pernah menuruti keinginanmu? Ayah selalu berusaha menuruti keinginanmu, tapi maaf untuk permintaanmu kali ini ayah tidak bisa memenuhinya.” “Tapi ayah, Kak Doni saja boleh kuliah di luar kota, kenapa aku tidak boleh? ”             “Kamu itu anak perempuan, kamu belum bisa menjaga dirimu dengan baik, beda dengan Kak Doni, dia anak laki-laki yang bisa menjaga dirinya sendiri. Lagi pula kamu juga masih belum bisa mengurus dirimu sendiri, apa-apa masih minta ayah dan ibu,”ucap ayah Zheva tegas. “Iya nak, tolong kamu juga mengerti keadaan ayah dan ibu. Kami tidak sanggup berpisah dan berjauhan dengan anak perempuan kami satu-satunya, dan setiap orang tua juga tidak mau anaknya tinggal berjauhan dengan mereka,” ucap ibu Zheva sambil menatap wajah anaknya. Zheva kembali menangis ketika ia mendengar ucapan kedua orang tuanya dengan tegas menolak untuk memberi izin kepadanya. Ia kemudian masuk ke kamar dan hanya bisa menerima dengan pasrah jika ia tidak bisa melanjutkan kuliahnya keluar kota.                                                                                         

 Pagi harinya, ketika orang tua Zheva sedang sarapan, tiba-tiba ayah Zheva memanggil Zheva dengan cukup keras, “Zhev.... Zhevaa...sini nak, sarapan dulu.” Dalam keadaan mata sembab karena menangis semalam dan wajah yang sangat lesu, Zheva mulai membuka pintu kamar dan perlahan menghampiri ayah dan ibunya di meja makan. “Iya ayah tunggu sebentar,”ucap Zheva sedikit lemas. Melihat keadaan anaknya yang sangat lesu dan terlihat sedikit merajuk, ayah Zheva merasa bahwa ia harus mempertimbangkan keinginan Zheva untuk melanjutkan kuliah di luar kota.                   

Satu minggu kemudian,tibalah waktunya pendaftaran mahasiswa baru, saat itu Zheva sangat bingung dan sedih, apa yang harus ia pilih, kuliah di luar kota atau tidak. Ayah dan ibu Zheva menghampiri Zheva dengan membawa dua lembar kertas yang berisi formulir pendaftaran dan memberikannya kepada Zheva. “Ini apa ayah?”tanya Zheva. “Itu formulir pendaftaran untuk mahasiswa nak,” jawab ayah “Kok, formulirnya ada dua lembar,yah?”tanya Zheva kedua kali. “Iya, itu ada dua formulir. Terserah kamu mau pilih kuliah yang mana, kuliah disini atau di tempat nenek.” Zheva sangat terkejut atas apa yang ditawarkan ayahnya kepadanya. Selain terkejut, dalam benaknya ia juga merasa sangat gembira.                                             Beberapa hari kemudian, Zheva beserta ayah dan ibunya pergi mengurus segala keperluan untuk kepindahan Zheva, mulai dari surat-surat hingga perlengkapan kuliahh. Setelah semuanya sudah beres dan lengkap, Zheva mulai mempersiapkan mentalnya untuk tinggal berjauhan dengan orang tuanya. “Aku harus siap apapun yang terjadi, karena ini semua sudah menjadi pilihanku. Pengumuman penerimaan mahasiswa baru sudah keluar. Zheva bergegas melihat hasilnya di website perguruan tinggi tempatnya mendaftar. Ternyata setelah memasukkan nomor pendaftaran, Zheva sangat terkejut sekaligus bahagia karena mimpinya untuk berkuliah di salah satu perguruan tinggi favorit tempat neneknya tinggal sudah tercapai.                       “Ayah ibu, sini...!!” teriak Zheva memanggil ayah dan ibunya. “Lihat ayah ibu, Zheva diterima di perguruan tinggi favorit tempat nenek.”ucap Zheva dengan gembira.  “Alhamdulillah, akhirnya kamu diterima nak. Ayah dan ibu bangga denganmu. Ayah harap kamu bisa terus mempertahankan prestasimu ya nak.” “Iya ayah, aku janji akan terus berprestasi di bangku kuliah yang baru nanti. Aku akan membuat ayah dan ibu bangga dengan prestasi-prestasiku.” “Terimakasih ayah ibu. Ayah dan ibu sudah memberiku kebebasan untuk memilih untuk kuliah di luar kota,” ucap Zheva kepada ayah dan ibunya dengan wajah sangat gembira. “Tapi kamu harus janji sama ayah dan ibu, kamu disana tidak boleh merepotkan nenek dan harus kuliah yang rajin. Kalau kamu butuh sesuatu atau apapun itu, kamu harus bilang dengan Kak Doni.”                                    

“Pesan ibu, jagalah dirimu baik-baik ya nak, jaga kesehatanmu, jangan terlambat makan, harus rajin belajar, jangan pacar-pacaran dulu,dan  paling penting kamu harus benar-benar kuliah yang serius, percuma kuliah jauh-jauh kalau kamu hanya main-main saja, tidak fokus kuliah. Intinya kamu harus terus berprestasi di bangku kuliah barumu nanti dan membanggakan orang tuamu.” “Siap ayah ibu, aku janji akan menjadi anak yang mandiri dan akan selalu ingat pesan ayah dan ibu.”janji Zheva kepada ayahnya.

Karya : Setianing Rahayu

NIM: 2008086022

Kelas : Pendidikan Biologi 1-A

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun