Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seberat Apapun Masalahmu, Jangan Lupa Dicukur

6 Desember 2022   08:20 Diperbarui: 6 Desember 2022   11:08 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster motivasi di Kios Pangkas Rambut Garut/Dok pribadi

Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur

Tulisan di poster itu menyita perhatian saat langkahku memasuki kios Pangkas Rambut Garut di Jalan Caringin, Depok. Poster itu bersanding dengan poster lain bertuliskan, "Bukan kita yang hebat, tapi karena Allah yang memudahkan urusan kita."

Pemandangan lain seperti lazimnya kios pangkas rambut: alat-alat pangkas rambut, poster berisi wajah-wajah foto model dengan berbagai gaya rambut, lembaran kertas bertuliskan tarif pangkas rambut, dan pesawat televisi.

Tempat pangkas rambut ini bukan langganan saya. Biasanya saya memotong rambut di tempat pangkas rambut Uda. Sayang, Uda tidak bisa memperpanjang sewa kios. Pemiliknya akan membongkar kios yang disewa Uda untuk memperluas area minimarket.

Karena pemilik kios sedang sibuk memangkas rambut seorang anak muda, saya duduk mengantri di samping lelaki yang asyik berselancar di telepon genggamnya. Saya kembali mengamati poster bertuliskan: Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur.

Jangan-jangan itu hanya kalimat iseng seperti tulisan-tulisan kocak di bagian belakang bak truk. Apakah masalah bisa selesai hanya dengan cukur rambut?

Mungkin tukang cukur ingin memberikan semacam motivasi, jika penampilan lebih rapi setelah cukur rambut, maka kepercayaan diri meningkat. Kita pun bisa berpikir lebih jernih dalam mengurai masalah.

Setidaknya, sampai di rumah, tak lagi ada omelan dari istri atau orang tua, "Nah gitu potong rambut kan jadi rapi, enak dilihatnya."

Berbeda saat rambut kusut muka acak-acakan. Eh kebalik ya. Istri berkali-kali mengingatkan, "Itu rambut dah kayak sarang burung aja, mbok potong rambut."

Saya membayangkan jika kalimat itu diucapkan motivator handal yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi swasta. Dengan mengepalkan tangan, motivator handal berkata, "Seberat apapun masalahmu, jangan lupa dicukur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun