Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengintip Penelitian Bioenergi di Sela Kebun Kopi Balittri

21 Januari 2019   11:08 Diperbarui: 22 Januari 2019   10:42 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbincangan sempat terputus karena Kepala Balittri harus menerima rombongan tamu dari Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro), Cocoa Sustainable Partnership (CSP), PT Kirana dan Nestle.  Rupanya keberadaan Balittri juga menarik para pengusaha kopi dan kakao.

Rombongan PISAgro sedang mengunjungi kebun percobaan Pakuwon milik Balittri. (Foto Humas Balittri)
Rombongan PISAgro sedang mengunjungi kebun percobaan Pakuwon milik Balittri. (Foto Humas Balittri)
Selain kopi, Balittri juga telah melepas varietas kakao BL50 hasil kerjasama dengan Pemda Sumatera Barat dan 2 varietas teh Tambi 1 dan Tambi 2.

Balittri juga didukung sarana penelitian yang memadai yang terdiri dari kebun percobaan (KP), laboratorium, dan Perpustakaan. Balittri memiliki empat kebun percobaan yaitu KP Pakuwon di dekaat Kantor Balittri seluas 154,6 hektare (ha). Selanjutnya KP Gunung Puteri di Cianjur dengan luas 5 ha, dan KP Cahaya Negeri di lampung Utara dengan luas 30 ha.

Selain perbenihan, pengembangan komoditas kopi dan kakao di hilir juga telah menghasilkan berbagai produk seperti permen coklat, bubuk coklat, kopi dan teh yang sudah siap saji. Produksinya dilakukan di instalasi bioindustri yang telah dilengkapi dengan mesin dan peralatan pengolahan kopi dan kakao.

Biodiesel dari Kemiri Sunan 

Seusai berbincang dengan Kepala Balittri, kami berkesempatan mengintip proses penelitian kemiri sunan (Reutealis trisperma) sebagai biodiesel. Di lokasi penelitian, kami bertemu dengan Peneliti utama bidang ekofisiologi Balittri, Dibyo Pranowo, telah meneliti 21 jenis sumber biofuel antara lain kemiri sunan, kelapa sawit, pongamia, kepuh, kemiri sayur, biji karet, jarak pagar, nyamplung, dan lain-lain.

Menurutnya, kemiri sunan efisien dikembangkan menjadi biodiesel karena karena tidak bersaing dengan sumber tanaman pangan, pohonnya bisa untuk konservasi, serta untuk diversifikasi produk. Produktivitasnya tinggi, dalam 1 ha bisa menghasilkan sekitar 7 ton crude oil/ha/tahun. Dari 100 kg kemiri sunan bisa jadi 48 liter biodiesel. Tanamannya besar dan umurnya panjang lebih dari 50 tahun.

Inilah pohon kemiri sunan yang bisa diolah menjadi biodiesel. (Foto Setiyo)
Inilah pohon kemiri sunan yang bisa diolah menjadi biodiesel. (Foto Setiyo)
Hingga saat ini, Balittri telah melepas empat varietas yaitu Kemiri Sunan I, Kemiri Sunan II, Kermindo (Kemiri Minyak Indonesia) I, dan Kermindo II. Karena bisa berfungsi untuk konservasi, Dibyo menekankan agar kemiri sunan ditanam di lahan marjinal agar tidak bersaing dengan tanaman pangan.

"Tanaman kemiri sunan mampu hidup di lahan marjinal atau lahan kritis. Kemiri sunan sudah kita uji tanam di beberapa tempat seperti lahan timah di Bangka, lahan batu bara di Kalimantan Timur, emas di Pulau Buru, tambang bauksit di Pulau Bintan. Kemiri sunan cocok di tempat-tempat itu sebagai reboisasi," terangnya.

Kemiri sunan memiliki karakter saat berbunga akan merontokkan daun, sehingga menambah biomassa. Pada lahan 1  ha, kemiri sunan mampu mengkonservasi  1,5 ha. Dibyo yang telah mengantongi 3 paten di bidang biofuel ini menerangkan, setiap mau berbunga kemiri sunan akan merontokkan daun yang kemudian menjadi hara. 

Satu minggu setelah berbunga dia baru mengeluarkan daun. Keuntungannya lagi tidak perlu panen tinggal collecting, karena begitu masak fisiologis buahnya akan jatuh sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun