Mohon tunggu...
Juniadi Setiadin
Juniadi Setiadin Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Magister Ekonomi Syari'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengembangkan Ekonomi Islam Melalui Pariwisata Syari'ah

21 Februari 2017   21:59 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:22 4059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dewasa ini sektor ekonomi berbasis Islam menjadi bagian yang sangat penting dalam perekonomian global. Ekonomi Islam (EKIS) sendiri muncul akibat model konvensional yang sudah ada dan lama diterapkan, namun tidak memberikan dampak kemaslahatan secara menyeluruh. Perkembangan selanjutnya EKIS merambah produk-produk halal melalui berbagai macam bidang. Label halal pada suatu produk adalah kebutuhan utama dan urgen bagi seluruh umat muslim.

Seiring perkembangan zaman yang sarat akan modernisasi, tentu perlunya beribu inovasi jitu untuk menjawab tantangnan persaingan pasar. Berangkat dari itu, Ekonomi Islam tidak lagi hanya berbicara tentang perbankan syariah atau lembaga keuangan lainnya saja. Namun, saat ini Ekonomi Islam juga telah mengepakkan sayapnya ke berbagai sektor lainnya, hingga saat ini telah ada tujuh sektor dalam Ekonomi Islam yang memiliki pertumbuhan secara signifikan yaitu kuliner, keuangan Islam, industri  asuransi, fashion, kosmetik, farmasi, hiburan, dan pariwisata. Dimana keseluruhan sektor itu mengusung konsep halal dalam setiap produknya. 

Dahulu produk halal yang dibayangkan hanya produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang tidak mengandung alkohol atau bahan kimia yang mengandung unsur babi, darah dan bangkai. Namun sekarang telah terjadi evolusi dalam industri halal hingga ke produk keuangan (seperti perbankan,  asuransi, dan lain-lain) hingga ke produk lifestyle (travel, hospitalitas, rekreasi, dan  perawatan kesehatan).

Salah satu sistem EKIS yang mengalami pertumbuhan pesat adalah pariwisata Syariah. Industri pariwisata mengalami pertumbuhan yang luar biasa dari konvensional (masal, hiburan, hanya melihat-lihat) hingga menjadi gaya hidup (lifestyle). Ketika sesuatu menjadi gaya hidup tentu seseoranga akan melakukan yang terbaik untuk memenuhinya, sehingga tidak heran orang rela mengeluarkan dana yang besar untuk berwisata. Sehingga sektor pariwisata menjadi salah satu sektor penyumbang devisa yang besar untuk negara.

Di Indonesia konsep wisata syariah sudah menggaung sejak tahun 2012 dan semakin dikembangkan di daerah pada tahun 2015. Apalagi memang pada 2015 dalam ajang World Halal Travel Award 2015 di Uni Emirat Arab terdapat tiga nominasi yang diraih oleh Indonesia yaitu mencakup bidang World's Best Halal Tourism Destination, World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Family Friendly Hotel. Penghargaan untuk destinasi wisata syariah tersebut dua di antaranya dimiliki Pulau Lombok NTB dan satu penghargaan lagi disematkan kepada Jakarta (Tempo.co.id).

Prestasi Indonesia dalam bidang pariwisata syari’ah tidak cukup sampai disitu, pada Tahun 2016, Indonesia kembali berhasil menyapu bersih 12 dari 16 kategori penghargaan dalam ajang World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab. Berikut 12 kategori yang dimenangkan Indonesia dalam acara tersebut, diantaranya: World’s Best Airline for Halal Travellers (Garuda Indonesia), World’s Best Airport for Halal Travellers (Sultan Iskandar Muda InternationalAirport, Aceh), World’s Best Family Friendly Hotel (The Rhadana Kuta, Bali), World’s Most Luxurious Family Friendly Hotel: (TheTransLuxuryHotel, Bandung), World’s Best Halal Beach Resort(Novotel Lombok Resort & villas), World Best Halal Tour Operator (ERO Tour, Sumatra Barat), World’s Best Travel Website (www.wonderfullomboksumbawa.com), World’s Best Halal Honeymoon Destination (Sembalun NTB), World’s Best Hajj & Umroh Operator (ESQ Tour & Travel), World’s Best Halal Destination (Sumatra Barat), World’s Best Halal Culinary Destination (Sumatra Barat), dan World Best Halal Cultural Destinationdi berikan kepada Aceh. (Tempo.co.id)

Konsep wisata Syariah adalah sebuah proses pengintegrasian nilai-nilai keisalaman kedalam seluruh aspek kegiatan wisata. Nilai syariat Islam sebagai suatu kepercayaan dan keyakinan yang dianut  umat  Muslim  menjadi  acuan  dasar  dalam  membangun  kegiatan pariwisata. Wisata Syariah mempertimbangkan nilai-nilai dasar umat  Muslim didalam penyajiannya mulai dari akomodasi, restaurant, hingga aktifitas wisata yang selalu mengacu kepada norma-norma keisalaman (Tourism  Review,  2013). 

Konsep wisata Syariah dapat juga diartikan sebagai kegiatan wisata yang berlandaskan ibadah dan dakwah disaat wisatawan Muslim  dapat  berwisata  serta  mengagungi  hasil  pencipataan Allah SWT (tafakur alam) dengan tetap menjalankan kewajiban sholat wajib sebanyak lima kali dalam satu hari dan semua ini terfasilitasi dengan baik serta menjauhi segala yang dilarang olehNya (Kamarudin, 2013).

Alasan Mengapa Hal Ini Perlu Dikembangkan, Ialah Sebagai Berikut:

Potensi pasar yang sangat menggiurkan

secara global  jumlah penduduk muslim dunia sangat besar seperti Indonesia, Malaysia, Brunei  Darussalam, Turki, dan negara negara Timur Tengah dengan tipikal konsumen berusia muda/usia produktif, berpendidikan, dan memiliki disposable income  yang  besar. Menurut Pew Research Center (kelompok jajak pendapat di  Amerika  Serikat), bahwa jumlah penduduk muslim pada tahun 2010 sebesar 1,6 miliar atau 23 persen jumlah penduduk dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun