Mohon tunggu...
SESC FEM IPB
SESC FEM IPB Mohon Tunggu... Lainnya - Sharia Economics Student Club IPB

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Potensi dan Tantangan Industri Halal di Indonesia

10 Maret 2021   20:26 Diperbarui: 10 Maret 2021   20:47 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Author : Awiwin dan Arizal Ibnu Rianto (Departemen Riset, Keilmuan, dan Kajian Syariah SESC IPB) 

Dari data tersebut terlihat ketimpangan antara jumlah total produk dengan produk yang memiliki sertifikat halal. Faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah biaya serfikasi yang mahal bagi kelompok UMKM dan masih rendahnya literasi pelaku UMKM mengenai sertifikasi halal. Menanggapi hal tersebut, baru-baru ini LPPOM MUI memberikan sertifikasi gratis bagi usaha kecil/industri rumahan yang tidak mampu dari segi pembiayaan, ketentuan tersebut berpedoman pada SK 02/Dir LPPOMMUI/I/13. 

Namun, hal tersebut belum tersosialisasi dengan baik kepada pemilik usaha kecil yang membutuhkan fasilitas tersebut dari segi regulasi halal yang harus ditempuh. Maka tidak heran bila saat ini Indonesia cenderung menjadi konsumen industri halal. Dengan demikian perlu adanya edukasi mengenai pentingnya sertifikasi halal produk dan juga mekanisme regulasi halal terbaru yang telah merujuk kepada aturan UU Cipta Kerja yang telah disahkan untuk memberikan informasi terkait regulasi halal dan penjaminan kehalalan produk serta menarik minat konsumen kepada pelaku industri halal, terlebih pelaku UMKM.

Dominasi produk halal Negara-negara non-Muslim menjadi tantangan besar bagi ekpor produk halal Indonesia. Negara-negara non-Muslim telah menyadari peluang dan potensi pertumbuhan pasar halal dan  secara mengejutkan memimpin ekspor produk halal untuk Negara-negara OKI. 

Menurut State of Global Islamy Report 2020/21,  Brazil memimpin di posisi pertama dalam ekspor produk makanan halal dengan total nilai ekspor $16,2 miliar, disusul oleh Amerika diposisi ketiga dengan total nilai ekspor $13,8 miliar, Rusia diposisi keempat dengan total nilai ekspor $11,9 miliar, dan Argentina diposisi kelima dengan total nilai ekspor $10,2 miliar. 

Hal ini bisa terjadi karena negara-negara tersebut telah berhasil mengembangkan Halal Supply Chain yang memiliki sertifikasi halal. Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan dengan baik potensi yang dimilikinya agar tidak hanya menjadi konsumen karena belum optimalnya usaha dan regulasi dalam pengembangan halal value chain. Ketika nilai impor semakin meningkat maka akan berdampak pada neraca perdagangan yang akan mengalami defisit karena tingginya nilai impor dari pada ekspor yang bisa dilakukan.

Tantangan Khusus yang dihadapi tiap sektor industri halal berdasarkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 sebagai berikut:

  1. Tantangan sektor pariwisata halal atau ramah muslim

Berdasarkan laporan global Muslim Travel Index tahun 2018 bahwa wisatawan muslim tumbuh secara cepat yang diprediksi pada tahun 2026 akan mencapai USD 300 miliar meningkat hingga 90% dari tahun 2020. Maka dari itu perkembangan halal ini berkembang bukan hanya pada negara muslim, tetapi juga berkembang di negara non muslim sehingga perlu adanya branding pariwisata halal skala internasional dengan memberikan kualitas sarana dan prasarana yang lebih baik dari negara pesaing.

Perlu adanya dukungan pembiayaan dalam menunjang perkembangan sektor halal dengan memberikan regulasi dan peraturan khusus  untuk memberikan pembiayaan industri halal serta mengembangkan riset mengenai segmentasi dan preferensi pasar dengan mengadakan kurikulum pariwisata halal tingkat nasional.

  • Tantangan sektor fashion muslim

Berdasarkan data BPS pada tahun 2020 penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa yang didalamnya didominasi oleh kaum muda yakni persentase kaum milenial (kelahiran tahun 1981-1996 ) sebesar 25,87% dan Gen Z ( kelahiran tahun 1997-2012 ) sebesar 27,94%. Hal tersebut berimplikasi pada sytle fashion muslim kekinian menjadi semakin meningkat. 

Tantangan yang dihadapi sektor fashion saat ini yakni brand Barat yang sudah mapan mulai merambah ke line modest fashion dan akses pasar industri fashion muslim Indonesia yang masih lemah. Maka perlu adanya penyelarasan kebijakan pemerintah dan daerah dari segi regulasi dan pengembangan teknologi untuk mendukung perkembangan sektor fashion muslim di Indonesia.

  • Tantangan Sektor Media dan Rekreasi

Pertumbuhan dan perkembangan media dan rekreasi halal kini semakin meningkat dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi. Disisi lain ada tantangan yang dihadapi yakni kuantitas dan kualitas apps developer yang belum memadai. Peningkatan kapasitas tenaga kerja kreatif yang eksis dibidang teknologi perlu dilakukan. Hal tersebut dengan memperbaiki pemerataan konektivitas internet bagi setiap daerah, penekanan biaya internet, serta pengadaan regulasi yang membedakan antara media dan rekreasi halal dengan yang non halal.

  • Tantangan sektor farmasi dan kosmetik halal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun