Mohon tunggu...
Servatia Pradinda Renatamagani
Servatia Pradinda Renatamagani Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMA

Saya senang membagikan pikiran saya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Otomatisasi AI: Inovasi atau Disrupsi Bagi Pasar Kerja?

8 Oktober 2023   15:34 Diperbarui: 8 Oktober 2023   16:05 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi stroberi dianggap sebagai generasi yang kelihatannya dipenuhi ide-ide kreatif tetapi mudah menyerah dan tidak tahan terhadap tekanan sosial. Generasi ini mendapat stigma buruk di mata masyarakat, lantaran generasi stroberi mudah depresi, sedih, dan stres karena tidak memiliki ketahanan mental dan emosional. Generasi stroberi juga dikenal memiliki ketergantungan teknologi.

Berbicara tentang moralitas generasi muda, stigma tersebut memang benar adanya. Mengingat bahwa teknologi mampu membawa dampak buruk bila pemakai ketergantungan. 

Anda bisa melihat jelas contoh generasi muda yang saat ini duduk di bangku sekolah. Penyalahgunaan teknologi AI seperti plagiarisme, manipulasi, dan disinformasi merupakan alasan mengapa moral generasi muda menurun. 

Jika Anda seorang yang duduk atau mengajar di bangku sekolah, Anda pasti tak jarang menjumpai para generasi muda menyalahgunakan AI. Bertanya kepada sistem AI saat ulangan ataupun saat menulis skripsi adalah perbuatan yang secara tak langsung menurunkan moral serta kualitas intelektual generasi muda Indonesia.

Melihat perubahan peraturan oleh Mendikbud Ristek  Nomor 53 Tahun 2023 mengenai penghapusan skripsi sebagai syarat wajib kelulusan mahasiswa-mahasiswi tingkat S1 dan D4, muncul banyak sekali pro dan kontra dari berbagai pihak. 

Salah satu tanggapan mengapa skripsi tidak lagi menjadi syarat wajib kelulusan sarjana yakni karena turunnya moral dan kualitas intelektual akibat eksistensi AI yang perlu diperbaiki. 


Teknologi AI mampu menjawab seluruh pertanyaan dengan detail, sehingga para mahasiswa-mahasiswi memanfaatkan AI daripada melatih ketajaman otak mereka.

Nadiem Makarim, dalam peraturan yang baru ini, mengatakan bahwa skripsi tidak wajib menjadi syarat kelulusan dan menggantikan tugas akhir kelulusan sarjana dalam bentuk prototipe, proyek, serta bentuk lainnya baik itu diselesaikan secara individu maupun kelompok. Beliau berkata pada acara Peluncuran Merdeka Belajar Episode 26 bahwa, "Karena ada berbagai macam program, prodi, yang mungkin cara kita menunjukkan kemampuan kompetensinya dengan cara lain. "

Di universitas yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, peraturan ini bisa dijalankan. Meski ada juga universitas yang masih menggunakan skripsi sebagai syarat wajib kelulusan mereka. Peraturan tersebut ditujukan pada program studi dengan keterampilan praktik yang lebih besar, contohnya program studi teknik sipil dan program studi teknik arsitektur.


Coba Anda Bayangkan, Apa yang Terjadi Jika AI Terus Disalahgunakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun