Mohon tunggu...
Seri Astiti
Seri Astiti Mohon Tunggu... -

Landscape Architecture

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bali Nyepi 2019 Tanpa Internet

8 Maret 2019   09:37 Diperbarui: 8 Maret 2019   10:23 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan hari raya Nyepi merupakan salah satu yang di tunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Bali. Dimana beberapa bulan sebelum Nyepi para pemuda pemudi Bali telah disibukkan dalam mempersiapkan Ogoh-ogoh yang menjadi ciri khas Nyepi, ogoh-ogoh ini akan di arak mengelilingi desa, perempatan jalan maupun berkeliling di kota, sebelum akhirnya dibakar pada area setra atau kuburan yang bertujuan untuk meng somnya yakni mengembalikan para Bhutakala ke alamnya dan agar tidak mengganggu perayaan Nyepi yang akan di laksanakan esok harinya.

Karya seni berupa Ogoh-ogoh hasil garapan para pemuda dan pemudi tidak akan lengkap tanpa adanya pengiring berupa sendratari dan juga musik bleganjur. Cerita yang dipilih biasanya akan menyesuaikan dengan tema ogoh-ogoh yang dibuat.  Mulai dari pemuda, anak-anak hingga dewasa sangat antusias dalam mempersiapkan kelengkapan dalam iringian Ogoh-ogoh.

Melihat antusiasme masyarakat dan guna mengembangkan kreatifitas maka pemerintah kota menggelar lomba ogoh-ogoh, sehingga karya ogoh-ogoh di setiap perwakilan desa/kecamatan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. 

Kegiatan ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan juga berpeluang sebagai salah satu daya tarik wisata bagi para turis asing. 

Namun seiring perkembangan zaman dan  teknologi, setiap orang menginginkan yang paling mudah dan murah, yakni sterofom sebagai bahan Ogoh-ogoh serta musik speaker sebagai pengiring nya. Hal ini tentu menjadi salah satu proses yang buruk dimana akan memudarkan seni, budaya, tradisi sesungguhnya dari dibuatnya ogoh-ogoh.

Saat ini pemerintah sedang gencarnya mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik, maka dari itu pemerintah menghimbau setiap desa agar kembali beralih menggunakan bahan tradisional dalam pembuatan ogoh-ogoh serta melarang penggunaan speaker dalam iringannya.  

Niat pemerintah tentu baik guna menjaga kelestarian budaya dan alam Bali, namun niat baik ini tidak akan terlaksana apabila masyarakat tidak ikut serta dalam mentaati dan menjaganya.

Selain itu teknologi dan perkembangan sosial media yang kian pesat sering kali di salah gunakan ketika hari Nyepi berlangsung. Dimana demi memposting di media sosial banyak masyarakat yang memanfaatkan momentum Nyepi untuk foto di tengah jalan raya, hal ini tentu merupakan salah satu bentuk pengabaian dari catur berkata penyepian, yakni tidak membuat hiburan, tidak melakukan aktivitas kerja, tidak keluar rumah, dan tidak melaksanakn aktifitas yang menggunakan api.

Postingan dari masyarakat tentu akan mencoreng nama Bali sendiri dalam menghargai dan menghormati budaya dan tradisinya. Hal ini tentu membuat resah sebagian masyarakat tentunya para budayawan, pemerintah serta pemangku keagamaan.

Guna menyadarkan masyarakat pemerintah akhirnya membuat kebijakan berupa membatasi penggunaan internet saat nyepi percobaan dilakukan pada tahun 2018 kemarin dan ternyata masih saja ada yang kelewatan.  

Akhirnya di tahun 2019 ini pemerintah membuat kebijakan baru yaitu selama 24 jam di hari Nyepi internet di Bali benar-benar di putus, sehingga masyarakat diharapkan dapat kembali memaknai hari raya Nyepi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun