Mohon tunggu...
Ndiken Sergi
Ndiken Sergi Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Almasuh - Papua

Tulis dan Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Ibu Anjing yang Terluka

23 Juni 2019   06:17 Diperbarui: 23 Juni 2019   06:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: group facebook

Gambar diambil dari sebuah group Facebook di internet. Visualisasi yang menceritrakan betapa suramnya hubungan persahabatan antara manusia dan hewan. Kita berharap semoga apa yang terjadi didalam gambar tersebut bukan representasi dari perilaku interaksi antara manusia dan hewan di Indonesia.

Pada saat melihat gambar ini, banyak prespektif yang akan bersliweran didalam sel abu-abu kita. Bahkan ber-bagai macam pertanyaan, akan menggema dan mengoyak sisi humanism kita. 

Mengapa hal tersebut sampai bisa terjadi ? siapa yang melakukannya ? bagaimana hal tersebut dapat terjadi ? dan pertanyaan lainnya terkait subtansi gambar itu.

Gambar tersebut sangat dramastis. Terlihat seekor anjing betina yang berlumuran dara, akibat luka yang menganga dikepalanya. Dengan sifat naluri keibuannya dia tetap menyusui anak-anaknya yang sedang kehausan dan kelaparan, walaupun rasa sakit itu mungkin terasa sangat perih. 

Dia tetap berdiri tegar tanpa mengeluh sedikit-pun. Kesakitan tidak menjadi penghalang dan hambatan dalam melakukan tanggung jawab moral kepada anak-anaknya.

Dengan tatapan-nya, mungkin ia ingin mengajarkan kepada kita bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah luntur, sekalipun nyawa taruhannya.

Dengan tatapan-nya, mungkin ia ingin mengajarkan kepada kita bahhwa, sesakit apapun itu, jangan pernah meninggalkan anak-anak mu.

Dengan tatapan-nya, mungkin ia ingin mengingatkan kepada kita tentang pesan seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles, yang mengatakan bahwa "manusia adalah hewan yang berpikir, ketika cara berpikir kemanusiaannya sudah hilang, maka tinggal kehewanannya."

Ya, hewan mempunyai gaya komunikasi tersendiri, pada saat berinteraksi dengan manusia. Anjing pada umumnya, disaat senang, pasti dia akan berekspresi dengan menggoyang-goyangkan ekornya. Sekalipun tuannya tidak memberikan makan dan minum. 

Tetapi pada saat melihat tuannya datang, loyalitas dan integritasnya tetap ditunjukan tanpa memikirkan, amarah, dendam pribadi, iri hati dan kebencian. Anjing akan tetap berlaku setia terhadap tuannya.

Begitu-pun pada saat anda memberikan sebuah mainan kecil ; bola kecil, maka dengan penuh sukacita, anjing tersebut akan memainkan bola itu dengan riang gembira, walau-pun mungkin terkadang perutnya lagi kosong ; tidak terisi makanan.

Dia(anjing) mungkin tau bahwa, manusia adalah mahkluk yang dilengkapi oleh akal-budi, sehingga manusia mampu untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Tetapi apakah dengan kelebian-nya itu, manusia memiliki semua sifat mulia ?

Mungkin anda pernah menonton film Hachiko. Film yang menceritrakan kesetiaan seekor anjing yang selalu menunggu kepulangan tuannya pada satasiun Shibuya - Jepang. Film tersebut diangkat ke layar lebar, berdasarkan kisah nyata.

Mungkin anda bertanya, berapa tahun anjing jenis Akita yang bernama Haciko tersebut menunggu tuannya ? Hachiko menunggu kepulangan tuannya selama hampir 10 Tahun !! dan selama rentan waktu tersebut, dia selalu menunggu tuannya yang tidak kunjung datang di stasiun Shibuya-Jepang. Anjing tersebut tidak memahami jika tuannya sudah meninggal dunia. Sehingga pada akhirnya anjing tersebut-pun, meninggal dunia dan dikuburkan berdampingan dengan tuan-nya.

Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya terkait fenomena unik dari seekor anjing di Jepang tersebut. Apakah ada relefansinya dengan karakter masyarakat di Jepang ? apakah ada relefansinya dengan budaya di Jepang ?  

Terlepas dari kearifan lokal masyarakat di Jepang tersebut, ada hal penting yang patut diteladani dari kisah dramastis diatas adalah saling menghargai,menghormati,dan mencintai antara manusia dah hewan.

Sehingga untuk menghargai dan menghormati kesetiaan Anjing Hachiko beserta ceritra persahabatannya dengan manusia, maka otoritas pemerintah setempat membuatkan sebuah monument berbentuk anjing di daerah stasiun tersebut.

sumber: ljlku.files.wordpress.com
sumber: ljlku.files.wordpress.com

Monumen tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada seekor hewan ; anjing dari para manusia, karena sifat kesetiaan yang diluar kemampuan dan nalar manusia. 

Penghargaan kepada suatu pelajaran berharga tentang kehidupan. Pelajaran berharga tentang proses peradaban umat manusia terhadap sesama mahkluk dan lingkungannya. Esensinya adalah, apakah manusia dapat menunjukan sifat kesetiaan seperti itu ?

Sangat ironis, sebab variable subtansi moralitas yang tinggi justru ditunjukan oleh seekor binatang ; anjing !! dan sebaliknya perilaku yang tidak terpuji justru sering kali dipertontonkan oleh para manusia. Seperti gambar tersebut. Sebuah, dikotomi yang patut mendapatkan ruang perenungan didalam hati.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari para binatang yang tidak memiliki akal budi ini. Elang, bebek, semut, dan bahkan yang jahat sekalipun seprti singa, harimau, dan ular. Ada nilai-nilai filosofi yang tersembunyi dibalik karakter dan pola hidup binatang-binatang tersebut yang dapat kita jadikan sebagai referensi kehidupan.

Dari anjing kita belajar setia

Dari anjing kita belajar menjadi pendengar yang baik

Dari anjing kita belajar memaafkan dan melupakan

Dari anjing kita belajar menikmati hal-hal kecil dalam hidup

Dan dari seekor anjing betina yang terluka ini, kita belajar nilai-nilai moralitas yang hakiki tentang satu kata, IBU !!.

salam.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun