Tanpa regenerasi, komite kehilangan daya hidup dan keberpihakan publik.
Lebih parah lagi, pertanggungjawaban kepada orang tua sering kali sebatas formalitas.
Rapat diadakan, laporan dibacakan, lalu disetujui tanpa banyak diskusi.
Padahal orang tua berhak tahu dan berhak menyampaikan pandangan --- bukan sekadar hadir untuk tanda tangan daftar hadir.
Terjebak dalam Budaya Seremonial
Sosiologisnya, komite sekolah seharusnya menjadi wadah partisipatif: ruang untuk mendengar, menyuarakan, dan menengahi.
Namun yang terjadi sering kali sebaliknya: hubungan sekolah--komite--orang tua bersifat satu arah.
Sekolah memutuskan, komite mengiyakan, orang tua menerima.
Ketika muncul masalah, semua pihak berdiri di sisi masing-masing.
Guru merasa diserang, orang tua merasa tak didengar, sekolah kehilangan wibawa, dan komite sekolah --- tak tahu harus berpihak ke siapa.
Area Grey Zone: Antara Disiplin dan Pelanggaran