Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Poe Ibu ala KDM;Antara Kretivitas Bahasa dan Kekeliruan Makna

7 Oktober 2025   06:28 Diperbarui: 7 Oktober 2025   06:28 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : AI Internet 

Penggunaan istilah lokal dalam program pemerintah seharusnya menjadi bentuk penghargaan terhadap bahasa daerah, bukan alat branding politik atau komunikasi cepat yang mengorbankan kejelasan makna.

Bahasa adalah wajah budaya. Ketika pemerintah memakai bahasa Sunda, publik berharap ada keselarasan antara bentuk dan makna, antara niat dan penuturan.

Dalam konteks "Po Ibu", terlihat adanya pergeseran nilai dari simbol kasih dan penghormatan menjadi simbol administrasi partisipatif. Pergeseran ini menimbulkan resistensi kultural: sebagian masyarakat merasa istilah sakral digunakan terlalu bebas, seolah kehilangan martabat bahasanya.

Fenomena ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan bahasa bukan hanya terletak pada siapa yang berbicara, melainkan bagaimana kata dipilih dan apa yang dikandung di baliknya. Kata yang indah tidak selalu tepat, dan kata yang bermakna dalam belum tentu sesuai konteks.

Belajar Bijak dari Kerancuan

Reaksi publik terhadap Po Ibu sesungguhnya menjadi pelajaran penting bagi para pemangku kebijakan: bahwa setiap istilah publik harus melalui uji bahasa dan uji budaya.

Sebelum sebuah istilah dipopulerkan, sebaiknya dilakukan uji persepsi --- bagaimana masyarakat menafsirkan nama itu. Langkah sederhana ini bisa mencegah distorsi makna dan perdebatan yang tidak perlu.

Sebagai alternatif, istilah seperti "Rereongan Sapoe Sarebu" atau "Gerakan Udunan Seribu Sapoe" lebih aman secara linguistik. Selain mempertahankan unsur bahasa Sunda, istilah tersebut deskriptif, transparan, dan tidak menimbulkan multitafsir.

Menjaga Martabat Bahasa

Bahasa daerah seperti Sunda memiliki kedalaman makna dan nilai-nilai spiritual yang membentuk karakter masyarakatnya. Menggunakan bahasa daerah untuk program publik adalah hal baik, asalkan tidak mengorbankan makna dasarnya.

Kesalahan kecil dalam pemilihan akronim bisa berujung pada kesalahpahaman besar dalam komunikasi publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun