Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi RKJ] Ini Tentang Dena

26 Februari 2016   09:20 Diperbarui: 26 Februari 2016   09:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="sumber ilustrasi : unsplash.com"][/caption]

Sebuah ojek online mengantarku dari bandara ke sebuah rumah kost berlantai dua, kost-an ini nampak mencolok dengan cat warna ungu bagian depannya. Suasana  nampak sepi waktu aku memasuki ruang tamu. Rumah ini cukup besar dengan empat kamar di lantai bawah dan empat kamar juga di lantai atas. Kamarku berada di lantai bawah. Seperti biasanya kost-an akan ramai setelah maghrib. Jam di tanganku masih menunjukkan angka lima lewat sepuluh. Selain aku, ada tujuh lagi perempuan yang ngekost di tempat ini. Mereka ada masih kuliah, ada juga yang sudah bekerja sepertiku.

Setelah meletakkan travel bag  di kamar, aku menuju dapur. Mencari minuman dingin untuk melepaskan dahaga. Karena suasana sepi aku kaget ketika melihat Dena tertunduk di meja makan. Menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya. Kamar Dena memang bersebelahan dengan dapur, itu dia sendiri yang memilih karena dia memang suka memasak.

Ketika hari libur, meja panjang dengan delapan kursi itu yang berada di teras samping ini ramai oleh candaan seluruh penghuni kost yang berkumpul. Ya kebiasaan kami adalah makan bersama ketika hari libur. Karena jika dihari biasa kami sudah sibuk sedang kegiatan masing-masing. Dena selalu menjadi juru masak untuk kami. Dia sangat suka mencoba resep-resep baru kemudian menyajikanya untuk kami.

“Kamu sudah pulang Den ? “ sapa ku sambil mengambil air putih di kulkas. Dia terdiam. Aku pikir mungkin dia tertidur. Aku berdiri di pintu, Dena tak beringsut sedikitpun. Akhirnya aku memilih untuk kembali ke kamar. Dena termasuk yang paling tertutup untuk urusan pribadinya disbanding penghuni kost lain. Belum juga aku sampai di pintu menuju ruang tengah, aku mendengar isakan tangis.

“Den, kamu nggak apa-apa? kenapa nangis?” Dena tak bergeming, dia tetap menutup mukanya. Aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Dia terus saja terisak. Aku coba untuk menenangkannya. Meminta dia untuk cerita masalahnya.

“Astaga Dena? Mukamu kenapa seperti ini?” Kaget melihat pipi dan matanya memar kebiruan. Dena menatapku dengan pandangan kosong. Dia lalu beranjak dan masuk dan mengunci pintu kamarnya. Karena aku tidak ingin mengganggunya, aku pun kembali ke kamar. Kerja lapangan seminggu ini membuat badanku remuk rasanya.

**

Esok harinya

Seperti biasa, setiap pagi aku olahraga sebentar di halaman yang hanya cukup untuk parkir satu mobil saja. Setelahnya aku duduk santai di ruang tamu sambil menunggu penjual bubur ayam lewat. Sebuah koran dua hari yang lalu di atas meja menarik perhatianku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun