Mohon tunggu...
Septi Nurhayati
Septi Nurhayati Mohon Tunggu... Lainnya - Program Studi S1 Akuntansi

Mahasiswa STIE STEMBI Bandung Business School

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax

5 Desember 2020   13:27 Diperbarui: 5 Desember 2020   13:59 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertama, umbrella definition, yang dapat digunakan untuk menganalogikan literasi digital sebagai pelindung individu ketika individu terkena hujan informasi sewaktu berhadapan dengan internet dan media sosial. Dalam perkembangannya, dengan jumlah informasi yang terus diproduksi setiap detik dan tak terhingga, informasi bahkan tak hanya cukup dianalogikan sebagai hujan namun sampai tsunami informasi.

Kedua, definisi proses, menunjukkan bahwa literasi digital adalah sebuah kecakapan yang berfungsi ketika individu berselancar pada media sosial dan konten internet lainnya.

Ketiga, definisi tujuan, menganalogikan literasi digital sebagai sebuah hasil akhir dari konstruksi yang dibangun dalam pikiran individu sehingga individu tersebut memiliki kontrol yang lebih besar atas pesan media yang ia akses, dalam hal ini media digital berupa internet dan media sosial. Kebutuhan literasi digital ini melibatkan kompetensi teknologi, kognitif, dan sosial dalam menghadapi perubahan teknologi digital. Pengguna harus terliterasi digital supaya bias menguasai tantangan sosiologis, kognitif, dan pedagogis akibat meningkatnya penetrasi internet.

Kemampuan ini meliputi: kemampuan mengoperasikan komputer dan mengakses secara efektif, menguasai informasi dalam jumlah besar, mengevaluasi reliabilitas informasi, dan secara kritis menilai perangkat teknologi secara alami.Individu harus belajar, berkolaborasi, dan memecahkan masalah secara efektif pada lingkungan virtual, dan berkomunikasi secara efektif pada lingkungan sosial yang termediasi teknologi. Tak sebatas itu saja, literasi digital juga berkaitan dengan isu-isu dinamika informasi, properti dan kepemilikan intelektual, copyright, keaslian konten, dan plagiarisme (Eshet-Alkalai, 2012:1).

Tujuan memiliki kemampuan literasi digital ialah untuk memberikan kontrol lebih pada khalayak dalam memaknai pesan yang berlalu-lalang di media digital. Keseluruhan pesan media memiliki makna yang terlihat, disertai dengan banyak makna yang lebih dalam tersimpan di dalamnya. Perbedaan tingkat literasi tentu saja akan berdampak pada perbedaan kontrol individu dalam proses interpretasi informasi yang ada.

Menurut Potter (2001: 10), individu dengan tingkat literasi yang rendah akan cenderung mudah menerima makna pesan yang tampak, yang dibuat dan ditentukan oleh media. Dengan keterbatasan perspektif, ia memiliki struktur pengetahuan yang lebih kecil, dangkal, dan kurang terorganisir, sehingga tidak mumpuni untuk digunakan dalam proses interpretasi makna pesan media. Akhirnya, individu tersebut akan sangat sulit untuk mengidentifikasi keakuratan informasi, menyortir kontroversi, menyadari konten satir, serta mengembangkan cara pandang yang lebih luas.


Sebaliknya, Potter (2001:10) menjelaskan bahwa pada individu dengan tingkat literasi media yang tinggi, ia akan secara aktif menggunakan serangkaian kemampuan interpretasi. Individu tersebut menempatkan pesan media pada konteks struktur pengetahuan yang terelaborasi dengan baik. Akhirnya, ia mampu menginterpretasi pesan apapun dari banyak dimensi yang berbeda, sehingga menyediakan lebih banyak pilihan makna. Ketika individu memiliki tingkat literasi tinggi, ia mengetahui bagaimana menyeleksi semua pilihan makna dan memiliki kuasa dan kontrol lebih untuk memilih salah satu yang paling akurat dari beberapa sudut pandang (kognitif, emosional, estetik, dan moral).

Apabila kita secara sadar memilih terpaan media tertentu dan secara aktif mengatur informasi yang paling akurat dari terpaan tersebut, secara tidak langsung kita sedang membangun dan memperkokoh struktur pengetahuan. Dengan kuatnya struktur pengetahuan dan keahlian yang kita miliki, kita dapat meningkatkan apresiasi terhadap media baru. Semakin terliterasi, semakin kita memahami dan mengapresiasi media baru, pesan, dan efeknya.

Oleh : Septi Nurhayati

Mahasiswa STIE STEMBI Bandung Business School

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun