Mohon tunggu...
Septian Radi Chandra
Septian Radi Chandra Mohon Tunggu... Hallo semuanya, Saya Septian Radi Chandra biasa di panggil radi dan saat ini saya merupakan Mahasiswa Psikologi di Universitas Pembangunan Jaya. Saya berharap semoga tulisan yang saya publish dapat bermanfaat untuk kalian para pembaca, terima kasih.

Done stop when you are tired. Stop when you are done.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Traumatic and Brief Psychotic Disorder : Seberapa Besar sih Sumbangan Traumatis Terhadap Gangguan Psikotik Singkat?

16 Februari 2025   21:20 Diperbarui: 16 Februari 2025   21:20 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda? Adanya pengalaman traumatik pada dasarnya dapat mengawali dan juga mengantarkan individu pada suatu kondisi berupa terguncangnya kejiwaan dirinya yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk dapat membedakan antara fantasi dan juga realita, terputusnya individu dari relasi sosialnya, cenderung berbicara kasar, hingga melakukan perilaku yang dapat merusak (Arsinta et al., 2022). National Institue of mental health (NIMH) juga mengatakan bahwa peristiwa yang traumatis merupakan suatu pengalaman yang bersifat mengejutkan, menakutkan dan juga berbahaya yang kemudian dapat mempengaruhi individu baik itu secara emosional maupun fisik sehingga dapat berujung untuk rentan terkena gangguan psikotik, seperti halnya psikotik singkat (The National Institute of Mental Health, 2023). Jika kita lihat pada saat ini, gangguan psikotik singkat pada dasarnya masih jarang terlihat karena terjadi begitu cepat. Namun gangguan ini sudah ditemukan di daerah-daerah yang ada di Indonesia yakni salah satunya di Kabupaten Bone Bolango. Permasalahan tersebut terjadi diakibatkan oleh adanya depresi atau stress yang meningkat terlebih karena adanya luka lama atau trauma (Hermawan, 2023).

Definisi Brief Psychotic Disorder 

Brief Psychotic Disorder atau yang mempunyai nama lain gangguan psikotik singkat, merupakan suatu gangguan kejiwaan dibawah payung gangguan psikotik dengan ditandai adanya simtom psikotik berupa delusi, halusinasi, serta perilaku katatonik secara tiba-tiba (Hooley, et al 2018). Berbeda dengan skizofrenia, BPD (Brief Psychotic Disorder) hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat, namun akut. Penderita BPD biasanya mengalami gejala psikotik dalam durasi setidaknya 1 hari dan kurang dari 1 bulan saja.

Dalam melakukan diagnosis, biasanya Psikolog atau Psikiater memberikan diagnosis BPD kepada klien hanya untuk antisipatif dan retrospektif saja. Hal ini dikarenakan BPD memiliki remisi lengkap dalam jangka waktu 1 bulan (Stephen & Lui, 2023). Walaupun BPD ini hanya terjadi dalam waktu singkat dan setelahnya penderitanya dapat beraktivitas dengan normal kembali, namun terdapat kemungkinan gangguan ini akan kambuh kembali seiring berjalannya waktu (Stephen & Lui, 2023). Sehingga tenaga profesional harus tetap fokus dalam menangani gangguan yang satu ini.

Dampak Kejadian Traumatis Terhadap Brief Psychotic Disorder 

Seperti yang kita ketahui, pengalaman atau peristiwa traumatis memiliki sumbangan yang besar dalam menimbulkan gangguan psikotik salah satunya yaitu gangguan psikotik singkat. Trauma yang ada pada seorang individu merupakan bentuk pengalaman yang memberikan rasa menyakitkan sehingga dapat berdampak terhadap kondisi fisik dan mental seseorang. Adanya pengalaman negatif juga mengakibatkan buruknya perkembangan dari suatu kognitif individu yang dapat membawa pada efek delusi dan juga halusinasi seperti gejala pada gangguan psikotik (Hasanah & Ambarini, 2018). Berdasarkan sumber yang sama juga dijelaskan bahwa sekitar 70%, individu yang secara klinis berisiko tinggi terkena psikotik dipastikan pernah mengalami setidaknya satu jenis trauma termasuk psikotik singkat. Individu yang mengalami trauma intrusif secara signifikan lebih mungkin melaporkan delusi penganiayaan, halusinasi hingga bicara yang tidak terorganisir (Hooley et al., 2018). Dampak dari adanya kejadian traumatis ini yang kemudian memicu gangguan psikotik singkat juga berupa timbulnya rasa sakit yang sangat berarti, merasa tidak aman, tidak berdaya terhadap peristiwa pada saat peristiwa tersebut terjadi. Dan yang perlu di ingat, trauma berdampak tidak terbatas terhadap rentang usia tertentu saja, artinya siapa pun sangat memungkinkan untuk mengalami trauma (Anggadewi, 2022).


Cara Mengatasi Adanya Luka Traumatis yang memicu brief psychotic disorder 

Dalam mengatasi kejadian traumatis dalam hidup agar meminimalisir timbulnya BPD pada diri individu, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Misalnya seperti:

1. Membaca dan menulis puisi.

Terdapat sebuah studi yang diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics pada tahun 2021 tentang efektivitas sebuah puisi terhadap anak dan individu yang memiliki trauma masa kecil. Hasil studi tersebut menyatakan jika puisi efektif untuk mengurangi perasaan takut, cemas, marah, lelah, dan juga sedih (Dewi, 2022)

2. Temukan Support System 

Carilah seseorang yang dapat menerima kita apa adanya, mendukung pilihan hidup kita, serta seseorang yang bisa memberikan kita semangat dalam menjalankan penyembuhan trauma. Karena dengan adanya support system, individu yang mempunyai pengalaman traumatis dapat merasakan jika dirinya tidak sendirian di dunia ini (Pitaloka & Wadrianto, 2021)

3. Terapi Narasi

Terapi narasi atau yang biasa disebut dengan Narrative Exposure Therapy (NET) dapat dipercaya sebagai salah satu terapi yang dapat mengatasi trauma. Dalam terapi ini, individu akan diminta menceritakan terkait pengalaman hidupnya. Setelah itu terapis akan meminta individu menyisipkan pengalaman traumatis dalam menceritakan kisah hidupnya. Dengan begitu, otak klien akan mengaitkan kenangan traumatis pada waktu dan tempat tertentu. Sehingga ancaman-ancaman yang klien hadapi kemudian dapat menjadi sesuatu yang berakar di masa lalu dan bukan sebuah tragedi yang selalu terjadi saat ini (Swaim, 2022)

4. Mengingat Pikiran yang Positif

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Michael C Anderson menyatakan bahwa jika individu mengingat informasi baru, terutama informasi yang positif, maka ingatan-ingatan yang tidak mengenakan di masa lalu akan terlupakan dan digantikan oleh ingatan yang positif. Hal ini dikarenakan individu yang mengalami trauma akan dapat mengontrol ingatannya sehingga dapat menghilangkan kenangan menyakitkan dan mempertahankan ingatan yang lebih positif (Wagele, 2015)

 

Kesimpulan 

Pengalaman traumatis yang terjadi dalam kehidupan seseorang nyatanya dapat beresiko untuk mengundang gangguan kejiwaan, yaitu Brief Psychotic Disorder (BPD). Dapat dilihat jika pengalaman traumatis merupakan faktor yang cukup besar dalam memunculkan BPD. Besarnya sumbangan traumatis dalam gangguan ini, tentunya dapat berdampak bagi penderitanya. Contohnya seperti perkembangan kognitif yang buruk dan memunculkan halusinasi maupun delusi. Namun, kejadian traumatis yang dialami oleh individu dapat ditangani lebih awal, tujuannya adalah agar meminimalisir BPD yang timbul akibat kejadian traumatis. Salah satu contoh penanganan yang baik untuk mengobati luka traumatis agar terhindar dari BPD adalah dengan Narrative Exposure Therapy (NET) yang merupakan terapi narasi dengan menceritakan awal kisah kehidupan diri sendiri.

Referensi

Anggadewi, B. E. T. (2020). Dampak Psikologis Trauma Masa Kanak-kanak pada Remaja. Journal of Counseling and Personal Development, 2(2), 1--7.

Arsinta, D., Anggi R, S., & Karyani, U. (2022). Pengalaman Traumatis sebagai Penyebab Gangguan Jiwa Psikotik Akut pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa. Seminar Nasional Psikologi UAD, 1(0).

Dewi, I. R. (2022, June 18). Punya trauma? coba atasi dengan cara ini. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220618194304-33-348274/

Hasanah, C. D. U., & Ambarini, T. K. (2022). Hubungan Faktor Trauma Masa Lalu dengan Status Mental Beresiko Gangguan Psikosis Pada Remaja Akhir di DKI Jakarta. INSAN Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental, 3(2), 73. https://doi.org/10.20473/jpkm.v3i22018.73-81

Hermawan, F. W. (2023). Warga di Bone Bolango ODGJ Berat Skizofrenia dan Psikotik Singkat. Infopublik.

Hooley, J. M., Butcher, J. M., Nock, M. K., & Mineka, S. (2018).  Psikologi Abnormal (8th ed). Salemba Humanika

National Institute of Mental Health. (2016). Coping With Traumatic Events. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/coping-with-traumatic-events

Pitaloka, I. & Wadrianto, G. K. (2021, March 27). 3 cara menerima dan mengatasi trauma masa lalu. Kompas. https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/27/083421920/

Stephen, A. & Lui, F. (2023, June 25). Brief psychotic disorder. NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539912/

Swaim, E. (2022, May 28). How telling your story in narrative therapy may help heal trauma. Healthline. https://www.healthline.com/health/mental-health/narrative-therapy-for-trauma

Wagele, E. (2015, July 7). Dealing with trauma. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-career-within-you/201507/dealing-with-trauma

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun