Mohon tunggu...
Septiandra
Septiandra Mohon Tunggu... Wakil Pialang PT. Millennium Penata Futures -

Hanya pembaca biasa yang mencoba untuk ikut bersuara... Maksud saya, ikut menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pecundang dan Pemenang

7 April 2016   15:16 Diperbarui: 7 April 2016   15:38 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://dysfunctionalrequirements.com/wp-content/uploads/2015/03/tortoise-hare.jpg"][/caption]

 

Saya yakin, banyak di antara kita para kompasianer yang pernah membaca atau mendengar cerita tentang: Kura-kura dan Kelinci. Walau apapun versinya, tentu Anda masih ingat pesan moral dari cerita tersebut bukan? Ya, tentang sikap pecundang dan pemenang.

Cerita “Kura-kura dan Kelinci” ini berasal dari salah satu fabel yang dikarang oleh Aesop, yakni seorang pendongeng yang hidup pada masa Yunani kuno (antara 620-560 sebelum masehi). Cerita tersebut mengenai seekor kelinci yang mengolok-olok seekor kura-kura karena gerakannya yang sangat lamban. Karena jengah dengan kesombongan si kelinci, akhirnya si kura-kura pun menantangnya untuk lomba lari. Dengan gerakannya yang lincah, tentu saja si kelinci segera melesat jauh berada di depan si kura-kura. Karena yakin bahwa ia pasti menang dalam lomba tersebut, si kelinci pun berhenti berlari meski baru menempuh separuh lintasan lomba, lalu istirahat dan tertidur. Sementara itu, si kura-kura dengan perlahan tapi pasti terus berjalan hingga melewati si kelinci dan akhirnya tiba di akhir lintasan lebih dulu.

Terlepas dari siapa pemenang lomba tersebut, yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah bagaimana sikap dari si kura-kura dan si kelinci. Kura-kura digambarkan sebagai makhluk yang lamban dalam setiap gerakannya. Namun ketika berlomba, meski ia tahu bahwa ia kalah cepat jika dibanding dengan si kelinci, ia terus berusaha berlari secepat mungkin (meski tetap saja lamban jika dibandingkan dengan si kelinci). Usaha yang dilakukan oleh si kura-kura digambarkan sebagai usaha yang tekun, sabar, tujuannya pasti, dan tak mengenal lelah atau menyerah.

Sementara lawannya, si kelinci digambarkan sebagai makhluk yang lincah dalam setiap gerakannya. Namun ketika berlomba, karena sangat yakin bahwa kecepatannya berlari jauh di atas si kura-kura, maka ia pun merasa, bahwa tanpa mengerahkan usaha yang maksimal pun ia pasti menang. Tak hanya ia mengurangi kualitas usahanya, saking sombongnya ia pun lengah dan tertidur. Usaha yang dilakukan oleh si kelinci digambarkan sebagai usaha yang apa adanya, main-main, tidak tulus, tanpa tujuan, dan mudah menyerah.

Pecundang selalu memiliki alasan, tidak peduli semudah apapun tantangan yang dihadapinya. Seperti si kelinci yang tidak pernah berusaha keras, sehingga jika kalah pun ia dapat berdalih bahwa ia tidak bersungguh-sungguh. Ia selalu yakin, bahwa jika ia berusaha maksimal, maka ia pasti akan menjadi pemenang. Namun kenyataannya, tak satu pun usahanya yang ia lakukan dengan sungguh-sungguh, dan ia tetaplah menjadi pecundang, tidak peduli sehebat apapun kemampuannya.

Pemenang selalu memiliki sikap seperti si kura-kura dalam cerita tersebut. Ia selalu menentukan targetnya dan berusaha meraih targetnya dengan usaha maksimal. Ia mengerti apa yang ingin dicapainya, sehingga tak pernah menyerah di tengah jalan ketika sedang berusaha. Dengan sikap demikian, jangankan kelinci yang lincah, bahkan kura-kura lamban pun bisa menjadi pemenang.

Pecundang akan selalu berkata-kata bahwa ia mampu, bisa, dan hebat. Sementara pemenang akan selalu berusaha, belajar, dan akhirnya menjadi hebat, tidak peduli siapa dan apa yang ia miliki ketika ia memulai segalanya. Pecundang akan selalu memiliki alasan kenapa dia berada di bawah, sementara pemenang terus berusaha berada di atas tanpa menghiraukan seberapa tinggi pencapaian yang sudah diraihnya. Pemenang tidak pernah peduli dengan apa yang dikatakan oleh si pecundang, dan sudah seberapa jauh ia meninggalkannya. Menjadi pemenang bukanlah masalah siapa dan apa yang kamu miliki, melainkan bagaimana caramu menghadapi setiap tantangan.

Apakah Anda seorang pecundang atau pemenang? Biarlah sikap Anda yang menjawabnya, karena jawaban dengan kata-kata adalah salah satu ciri seorang pecundang.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun