Sebuah momen bersejarah yang dikenal sebagai Nixon Shock, mengakhiri sistem Bretton Woods dan menandai awal era fiat money, uang kertas yang tidak lagi ditopang oleh emas atau komoditas fisik apa pun.
Selama beberapa dekade, pemikiran Keynesian mendominasi kebijakan ekonomi global. Namun pada 1970-an, krisis stagflasi (inflasi tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi yang stagnan) memicu kritik keras pada teori Keynesian. Di sinilah muncul kritik tajam dari Milton Friedman dan para ekonom dari Chicago School. Mereka memperkenalkan pendekatan Monetarism, yang menekankan pentingnya pengendalian jumlah uang beredar dibanding belanja pemerintah. Dalam pandangan mereka, terlalu banyak campur tangan negara justru mengganggu efisiensi pasar.
Memasuki era modern, globalisasi bergerak semakin cepat. Perdagangan lintas negara meluas, teknologi berkembang, dan pasar keuangan menjadi lebih terbuka. Namun di balik pertumbuhan tersebut, muncul berbagai krisis-mulai dari Krisis Asia (1998), Krisis Finansial Global (2008), hingga pandemi COVID-19 (2020). Setiap kali krisis datang, peran negara kembali dominan untuk memberikan insentif dan bantuan ekonomi, menarik kembali pengaruh pemikiran Keynesian.
Sejak pertengahan abad ke-19 hingga saat ini juga mulai berkembang bentuk ekonomi syariah sebagai respon atas sistem ekonomi konvensional yang dianggap tak selalu adil. Dengan prinsip keadilan, transparansi, dan etika, pendekatan ini terus berkembang, walau tentu masih menyisakan banyak catatan dan tantangan besar.
Meski terus berubah dari masa ke masa, ekonomi bukan sekadar soal angka atau kebijakan, tapi juga cerminan cara manusia hidup dan mengambil keputusan. Dengan mempelajari sejarah, akan memberi bekal bagi manusia untuk dapat mempersiapkan diri dan mendorong perubahan yang lebih baik. Selama manusia masih saling bertukar, bekerja, dan berkeinginan-ilmu ekonomi akan terus menerus berubah dan berkembang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI