Namun globalisasi digital juga membawa kerentanannya sendiri. Krisis keuangan global tahun 2008 memperlihatkan betapa saling terhubungnya ekonomi dunia bisa menjadi bumerang. Disusul oleh pandemi COVID-19 di tahun 2020, dunia kembali diuji: mobilitas tinggi dan arus informasi yang cepat justru mempercepat penyebaran krisis, baik secara ekonomi maupun kesehatan publik.
Di tengah semua ini, sentimen rivalitas AS-Tiongkok semakin memanas, terutama di bidang ekonomi, teknologi, dan geopolitik. Globalisasi tidak lagi berjalan mulus seperti dulu. Dunia digital memang membuka peluang luar biasa, tapi juga menghadirkan ketidakpastian yang lebih besar daripada sebelumnya. Kita hidup di era di mana perubahan bisa terjadi dalam hitungan detik---dan itulah tantangan peradaban masa kini.
---
Ribuan tahun perjalanan peradaban manusia memberi pesan penting. Tak ada kekuatan yang selamanya berada di puncak. Sejarah mencatat bagaimana Mesopotamia, Romawi, Portugal, Belanda, dan Britania Raya pernah memegang peran sentral dalam tatanan dunia, sebelum akhirnya bergeser. Kini Amerika Serikat bisa jadi yang berikutnya dalam daftar panjang pergeseran kekuasaan global. Pertanyaannya mungkin bukan lagi "jika," tapi "kapan dan bagaimana."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI