Mohon tunggu...
Raditya Andreas
Raditya Andreas Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menantu Usang

30 Juni 2017   10:52 Diperbarui: 30 Juni 2017   12:59 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kena macet lagi?" tanya Kalis sembari menuangkan secangkir kopi hangat di gelasnya," Kau mau?" lanjutnya.

"Tidak, terima kasih," aku meletakkan sepatu pada rak di dekat pintu lalu segera mandi.

Kalis diam dengan senyuman, sepertinya ia membiarkanku merasakan macetnya kota Jakarta. Aku heran pula mengapa Kalis tidak pernah mengeluh dengan kemacetan kota ini, bahkan ia amat santai-santai saja dengan menikmati jalanan kota.

Selama aku membasuh diriku dengan air hangat, aku terpikir tuntutan ayah tentang menantu. Kadang aku juga terbayang bagaimana dulu seorang pengamen menyumpahiku bahwa nantinya menantuku usang.

***

Senja mulai tiba, aku masih berada di tempat kerja. Beberapa kawan satu per satu mulai meninggalkan meja kerjanya. Sepertinya mereka khawatir akan kemacetan jika mereka pulang terlalu larut malam. Secangkir kopi kuseduh perlahan sambil menikmati lampu-lampu kota dari atap.

"Kau menikmati kota ini, Dit?" ujar Callista menghampiri tempatku berdiri.

"Kukira kau sudah beranjak pulang,"

Callista adalah rekan kerjaku, sudah hampir sebulan kami ditempatkan di bidang kerja yang sama. Perempuan belia yang belum dipinang oleh laki-laki manapun itu sangat dekat denganku. Kadang ketika kami sedang tidak ada sesuatu untuk dikerjakan, Callista bercerita banyak hal tentang dirinya. Aku pun demikian.

"Belum, masih ingin menikmati malam ini. Kebetulan sekali ada kamu di sini," jawabnya.

"Oh begitu, kau mau?" aku menawarinya secangkir kopi milikku. Callista mengangguk, itu tandanya ia menerima tawaran kopiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun