Mohon tunggu...
Raditya Andreas
Raditya Andreas Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Bernyanyi di Kamar Mandi [Eps2]

27 Maret 2017   19:11 Diperbarui: 28 Maret 2017   04:00 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Isna tiba di rumah, ia segera mempersiapkan diri untuk berangkat mandi. Seperti biasa, ia mandi di kamar mandi umum tengah kampung. Selama perjalanan, ia tidak menyadari kehadiran Husin yang membuntutinya. Langkahnya semakin cepat ketika ia sudah hampir sampai tujuan.

            “Hah? Teja? Sedang apa dia di sini?” kata Husin dalam hati. Ia bersembunyi di balik pepohonan supaya tidak diketahui oleh Isna dan Teja yang sedang bertemu. Teja sudah selesai mandi, hendak balik ke rumah, sedangkan Isna baru akan masuk.

            Tidak lama setelah Isna menutup pintu kamar mandi, Teja berpaling. Ia melangkahkan kaki kembali ke kamar mandi. Duduk di depan pintu sambil mendengarkan nyanyian yang dilantunkan oleh Isna. Sementara itu, Husin kembali pulang.  

***

            “Suara Isna sangatlah merdu, membuat hati ini nyaman, Sin,” jelas Teja,”Jika kamu suka sama Isna, jangan tunggu orang Belanda mendapatkannya,”

            Husin terdiam lagi, ia terhempas oleh perkataan Teja.

            “Apa benar saya bisa mendapatkan hati Isna?” tanya Husin dalam hatinya.

            Sementara Teja juga terdiam, menunggu tanggapan dari Husin. Perasaan Teja tidak bisa berkata bohong, namun ia tidak ingin Husin tahu bahwa ia juga suka dengan Isna meskipun hanya bercerita bahwa Teja suka dengan nyanyian lokal Isna di kamar mandi.

            Matahari mulai terik, Teja dan Husin bergegas pulang. Tidak disangka singkong yang Teja bawa begitu banyak, hampir satu karung penuh. Melihat karung yang berisi banyak singkong, Teja memutuskan agar singkong-singkong itu dititpkan sementara di rumah Husin yang tidak jauh jaraknya dari ladang. Husin mengiyakan permintaan temannya.

            Di perjalanan, Husin bertanya banyak tentang bagaimana mengungkapkan perasaannya kepada Isna. Teja sesekali terdiam, namun ia tetap menjawab dengan baik pertanyaan Husin. Ia tahu bahwa Husin malu dan merasa tidak mampu memberikan kebahagiaan kepada Isna.

            “Kalau benar kau suka sama Isna, bilang saja yang sejujurnya,” kata Teja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun