Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diriÂ
Terlalu memanjakan atau terus menerus menunjukkan belas kasihan atas kelemahan anak membuatnya sulit berkembang. Anak akan merasa tidak berdaya dan menggantungkan diri pada orang lain.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diriÂ
Mengolok, mengejek, atau menjadikan kekurangan anak sebagai bahan lelucon menghancurkan harga diri mereka. Anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak yakin pada dirinya dan sulit mengekspresikan diri.
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkianÂ
Ketika orang tua sering membandingkan anak dengan orang lain, terutama dengan pujian yang berat sebelah, anak akan merasa tidak cukup. Iri hati tumbuh dan berkembang menjadi dendam atau rasa tidak suka terhadap keberhasilan orang lain.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalahÂ
Memarahi anak di depan umum atau mencemooh kesalahannya membuat anak merasa dirinya tidak berharga. Ia tumbuh penuh rasa bersalah, bahkan untuk hal-hal yang bukan kesalahannya.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diriÂ
Dukungan positif yang konsisten membuat anak percaya pada kemampuannya. Ketika orang tua memberi dorongan saat anak ragu, anak belajar bahwa mencoba adalah bagian dari belajar.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diriÂ