Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Adalah Garam dan Terang Dunia

6 Agustus 2025   11:50 Diperbarui: 6 Agustus 2025   11:50 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Garam dan Terang dunia (Sumber : Gemini) 

Yesus berkata: "Kamu adalah garam dunia.". Itu berarti, setiap anak Tuhan dipanggil untuk menjadi pengaruh yang menjaga dunia ini dari pembusukan. Seperti halnya garam yang memberi rasa dan mencegah makanan menjadi rusak, demikianlah kehadiran orang percaya seharusnya memberi nilai hidup yang benar di tengah lingkungan yang mulai kehilangan arah.

Bayangkan sebuah institusi entah kantor, gereja, sekolah, atau  komunitas yang dipenuhi orang-orang yang hidup hanya untuk diri sendiri. Mereka malas, tidak punya inisiatif, hanya bekerja kalau ada uang, menyalahgunakan wewenang, dan suka mengambil hak orang lain. Bukankah institusi itu akan cepat "membusuk"? Situasi seperti itu sangat membutuhkan "garam", membutuhkan orang-orang yang membawa integritas, kerja keras, kejujuran, dan kasih.

Tuhan pernah berkata kepada Yunus mengenai kota Niniwe:"Kejahatan mereka telah sampai kepada-Ku." Artinya, kota itu sudah sangat rusak secara moral. Tapi Tuhan tidak langsung menghukum. Dia mengutus Yunus. Jadi ketika kejahatan meningkat, Tuhan justru mengutus orang yang bersedia menjadi garam.

Begitu juga dengan kita. Jika tempat kita berada mulai rusak, jangan kabur! Justru hadirlah sebagai garam. Mencegah pembusukan. Menebar nilai-nilai Kerajaan Allah. Membangun budaya kerja yang sehat. Menghidupkan semangat melayani. Menjadi teladan dalam hal kejujuran dan tanggung jawab.

Yesus tidak berkata, "Kamu boleh menjadi garam dunia," tapi:"Kamu adalah garam dunia." Itu identitas kita. Bukan pilihan tambahan, tapi bagian dari keberadaan kita sebagai murid Kristus.

Masihkah kita berfungsi sebagai garam di tempat kita berada? Jika ya, mungkin pembusukan tetap ada tapi kehadiran kita menahannya agar tidak semakin luas. Kalau tidak, dunia akan membusuk semakin cepat... dan kita ikut diam di dalamnya.

Maka kita lihat ada Ahok, ada Sherly Tjoanda yang berusaha menjadi garam yang memberikan rasa yang luas, mencegah pembusukan, walaupun ada begitu banyak tantangan tetapi garam mereka tidak pernah menjadi tawar bahkan semakin asin, semakin terasa kepada begitu banyak orang.

Maka lakukanlah hal-hal seperti itu, kalau orang-orang Kristen tidak melakukannya, alumni-alumni PERKANTAS hanya diam dalam suatu institusi yang penuh kejahatan maka menunjukan dia adalah garam yang sudah menjadi tawar, tidak berguna, Firman Tuhan katakan akan dibuang dan injak orang.

Jadi pada waktu melihat kejahatan yang ada kamu diam, kamu mengira akan aman, padahal dalam kondisi itulah kamu sudah tidak berguna lagi akan dibuang oleh Tuhan. Jadi  diam itu bukan fungsi garam, bahkan walaupun kamu kerja  baik, tapi hanya dirimu sendiri yang jujur tanpa mempengaruhi orang lain, itupun bukan fungsi garam, karena garam mempengaruhi, memberikan rasa agar tidak terjadi pembusukan.

Saya terkesan dengan seorang alumni dia katakan kepada pimpinannya bahwa dia tidak mau lakukan hal yang tidak benar yang diminta pimpinannya, tetapi untuk kerja bahkan lembur dia siap, tetapi karena sikapnya itu pimpinan tidak memberikan pekerjaan kepada dia, tetapi dia tidak diam saja (padahal itukan menyenangkan bagi orang lain)  tetapi membantu teman-temannya untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang ada termasuk anggaran-anggaran, karena dia cukup menguasai hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun