Mohon tunggu...
Seni Aprilliana
Seni Aprilliana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan Perkembangan Sosial Dan Emosional Pada Anak Usia Dini

19 Januari 2025   14:21 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gangguan Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini

Gangguan sosial, emosional, dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu yang fokus di dalam diri anak,suatu harapan dan cita-cita dari para orang tua, guru, maupun masyarakat pada umumnya untuk memiliki anak-anak yang sehat jasmani dan rohani,betapa tenang dan tentramnya hati bila melihat anak-anak bermain dengan riang gembira, pandai,tekun dalam belajar dan bekerja, bebas dan lincah dalam mengutarakan buah pikiran dan kreativitasnya.harapan ini tentu menyangkut pertumbuhan dan perkembangan yang paling optimal dari segi fisik, emosi, mental dan sosial setiap anak,tetapi suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah danya sejumlah anak yang memperlihatkan perilaku sumbang, bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma budaya, norma umur,norma kecakapan atau keterampilan maupun norma sosial yang berlaku dalam lingkungan di mana anak berada,tingkah laku mereka mengalami gangguan dan kelainan, yang biasanya lebih dirasakan oleh lingkungan daripada oleh anak sendiri .

Perkembangan emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial,sukar mempelajari emosi anak-anak karena informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sedemikian muda,bahkan sulit mempelajari reaksi emosi melalui pengamatan terhadap ekspresi yang jelas tampak, terutama ekspresi wajah dan tindakan yang berkaitan dengan emosi,karena anak-anak suka menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.

pengertian gangguan,gangguan adalah suatu kondisi yang menyebabkan ketidaknormalan pada individu yang memiliki masalah dalam menguasai keterampilan dan menunjukan kekurangan dalam berhubungan dengan orang lain,selanjutnya perkembangan sosial emosi anak usia dini yaitu perkembangan yang berkaitan dengan emosi,kepribadian, dan hubungan interpersonal,selama tahun kanak-kanak awal, perkembangan sosial emosi berkisar tentang sosialisas, yaitu proses ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat .

Pada usia tersebut , terdapat tiga tujuan dalam perkembangan sosial emosional anak, yaitu:

1.Mencapai sense of self atau pemahaman diri serta berhubungan dengan orang lain

2.Bertanggung jawab terhadap diri sendiri meliputi kemampuan untuk mengikuti aturan dan rutinitas, menghargai orang lain, dan mengambil inisiatif

3.Menampilkan perilaku sosial , seperti empati, berbagi,dan menunggu giliran.

Rolf,edelbrock dan Strauss menemukan bahwa anak-anak dengan masalah perkembangan sosial emosi cenderung memiliki hambatan yang besar dalam pertemanan, penyesuaian sosial, tingkah laku dan dan akademis apabila dibandingkan dengan kelompok anak yang normal,anak-anak dengan gangguan ini dianggap beresiko terhadap sifat tersisih secara sosial, terisolasi penarikan diri, pemalu dan kesepian .

Emosi merupakan sesuatu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita,emosi merupakan suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari reaksi fisiologis, perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku, yang semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita terima (Duffy, 2002) Kita mengenal beberapa emosi dasar, yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kemarahan. . Selain itu kita juga mengenal adanya emosi positif, seperti kegembiraan, dan emosi negatif, seperti kemarahan dan kesedihan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir.

jenis-jenis gangguan sosial dan emosional yang dapat dan seringkali terjadi pada anak usia dini antara lain sebagai berikut:

1.Tunalaras

Anak yang mengalami gangguan tingkah laku lebih dikenal dengan istilah tunalaras. Samapi saat ini memang belum ada definisi yang dapat diterima secara umum mengenai anak tunalaras yang dapat memuaskan smua pihak. Pada kenyataannya, batasan atau definisi yang dikemukakan oleh para profesional dan para ahli yang berkaitan dengan masalah ini berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu masing-masing untuk keperluan profesionalnya. 

2.Sosiometri

Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/ mengetahui suka atau tidaknya seseorang,caranya ialah tanyakan kepada para anggota kelompok siapa diantara anggotanya yang mereka sukai. Setiap anggota hendaknya memilih menurut pilihannya sendiri,dari jawaban itu akan diketahui siapa yang lain disukai oleh para anggota,perlu diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri adalah hasil sementara yang perlu ditelaah lebih lanjut.

3.Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya

Keadaan tunalaras dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku anak dengan tingkah laku anak pada umumnya. Pekerjaan membandingkan boleh dilakukan oleh setiap orang dewasa,anak yang jahat dapat diketahui jahatnya oleh masyarakat,demikian juga anak yang tidak jahat tetapi kelakuannya tidak sesuai dengan norma yang berlaku, diketahui oleh masyarakat.

Willian M. Cruickshank mengemukakan bahwa mereka yang mengalami hambatan sosial dapat diklasifikasikan ke dalam kategori berikut ini:

a. The semi-sosialize child

Anak yang termasuk kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu, misalnya, keluarga dan kelompoknya. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat,di lingkungan sekolah, karena perilaku mereka sudah diarahkan oleh kelompoknya, maka seringkali menunjukkan perilaku memberontak karena tidak mau terikat oleh peraturan di luar kelompoknya. 

b. Children arrested at a primitive level or sosialization

Anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang tua, yang berakibat pada perilaku anak kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. 

c. Children with minimun sosialization capacity

Anak pada kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan atau kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak yang bersikap apatis dan egois.

Adapun anak yang mengalami gangguan emosi diklasifikasikan sebagi berikut:

a. Neurotic behavior (perilaku neurotik)

Anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain, akan tetapi mempunyai permasalahan pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan marah, semas dan agresif, serta rasa bersalah di samping juga kadang-kadang mereka melakukan tindakan lain seperti yang dilakukan oleh anak unsosialized (mencuri, bermusuhan).

b. Children with psychotic processes

Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri.

Adanya gangguan emosi dan gangguan soail karena penyesuaian yang salah (maladjustment) tanda-tandanya antara lain :

a. Hubungan antar keluarga, teman sepermainan, teman sekolah, ditanggapi dengan tidak menyenangkan.

b. Segan bergaul, terasing.

c. Suka melarikan diri dari tanggung-jawab.

d. Menangis, kecewa, berdusta, menipu, mencuri, menyakiti hati dan sebagainya, atau sebaliknya, sangat ingin dipuji, tak pernah menyulitkan orang lain dan sebagainya.

e. Penakut dan kurang percaya pada diri sendiri.

f. Tidak mempunyai inisiatif dan tanggung jawab, kurang keberanian dan sangat tergantung pada orang lain.

g. Agresif terhadap diri sendiri, curiga, acuh tak acuh, banyak hayal.

h. Memperlihatkan perbuatan gugup misalnya: menggigit kuku, komat-kamit, dan sebagainya.

Adapun rasa harga diri kurang yang tersembunyi, antara lain:

a. Bernada murung, cepat merasa tersinggung.

b. Merasa tidak enak badan, sakit buatan, dan sebagainya.

c. Berpura-pura lebih dari orang lain: menonjolkan diri, bicara lantang, merendahkan orang lain.

d. Membuat kompensasi.

e. Menjalankan perbuatan jahat 

Terdapat 3 jenis tantrum yang sering terjadi pada anak usia dini:

a. Manipulative Tantrum

Manipulative tantrum merupakan salah satu bentuk tantrum yang terjadi karena dibuat-buat oleh anak. Biasanya anak melakukan hal ini dengan alasan menggunakan cara tantrum ini sebagai senjata dia untuk mendapatkan apa dia inginkan, atau mencari perhatian.

b. Verbal frustration tantrum

Anak yang mengalami verbal frustration tantrum cenderung menujukkan kemarahan yang berlebih dengan mengomel, banyak bicara sambil menangis dan meraung.

c. Temperramental Tantrum

Perilaku anak yang menunjukkan temperramental tantrum, biasanya tidak cukup diatasi oleh orang tua atau guru saja. Tetapi, membutuhkan bantuan ahli seperti: konselor dan psikolog.

Terdapat beberapa gejala yang dapat muncul pada anak temper tantrum , yaitu:

a. Anak memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur

b. Sulit beradaptasi dengan situasi, makanan dan orang-orang baru

c. Lambat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi

d. Mood atau suasanan hatinya lebih seing negatif. Anak sering merespons sesuatu dengan penolakan

e. Mudah dipengaruhi sehingga timbul perasaan marah atau kesal

f. Perhatiannya sulit dialihkan

g. Memiliki perilaku yang khas, seperti: menangis, menjerit, membentak, menghentak-hentakkan kaki, merengek, mencela, mengenalkan tinju, membanting pintu, memecahkan benda, memaki, mencela diri sendiri, menyerang kakak/adik atau teman, mengancam, dan perilaku-perilaku negatif lainnya.

berikut dibahas mengenai kondisi atau keadaan fisik, masalah perkembangan, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat:

1. Kondisi/keadaan fisik

Telah banyak tulisan maupun penelitian yang mengupas masalah kondisi/keadaan fisik dalam kaitannya dengan masalah gangguan tingkah laku, baik yang merupakan akibat langsung maupun tidak langsung,ada sementara ahli yang meyakini bahwa disfungsi kelenjar endoktrin dapat mempengaruhi timbulnya gangguan tingkah laku, atau dengan kata lain kelenjar endoktrin berpengaruh terhadap respon emosional seseorang.

2. Masalah Perkembangan

Didalam menjalani setiap fase perkembangan individu, sulit untuk terhindar dari berbagai konflik. Mengenai hal ini, Erikson yang dikutif dalam Sutjihati Somantri menjelaskan bahwa setiap memasuki fase perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang berasal dari adanya proses kematangan yang meyertai perkembangan. Apabila ego dapat mengatasi krisis ini, maka perkembangan ego yang matang akan terjadi sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial atau masyarakatnya.

3. Lingkungan Keluarga

Kajian terhadap lingkungan keluarga dalam kaitannya dengan masalah ketunalarasan telah lama menjadi perhatian ahli. Sebagai lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak, keluarga memilki pengaruh yang demikian penting dalam membentuk kepribadian anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman (emotional security) pada anak, dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku anak.

4. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua bagi anak setelah keluarga. Tanggung jawab sekolah tidak hanya sekedar membekali anak didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan, akan tetapi sekolah juga bertanggung jawab membina keprbadian anak didik sehingga menjadi seorang individu dewasa yang bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan masyarakat yang lebih luas

5. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan tempat anak berpijak sebagai mahluk sosial adalah masyarakat. Apakah benar tingkah laku anak dibentuk oleh lingkungan soisalnya? Yang jelas menurut Bandura (dalam Kirk & Gallagher, 1986), salah satu hal yang nampak mempengaruhi pola perilaku anakdalam lingkungan sosial adalah keteladanan, yaitu menirukan perilaku orang lain.

faktor penyebab secara spesifik terhadap masing-masing jenis gangguan yang dibatasi pada pembahasan makalah ini antara lain:

1. Faktor pemicu agresivitas

Agresivitas terjadi pada setiap anak, terdapat beberapa faktor yang dapat meneyebabkannya. Faktor ini dapat berupa faktor biologis yang berasal dari dalam diri anak (internal) maupun faktor lingkungan yang berasal dari luar diri anak (eksternal). Faktor-faktor biologis dapat berupa pengaruh genetik, system otak, dan kimia darah (hormone seks).

2. Faktor pemicu kecemasan

Sebagian faktor kecemasan dapat disebabkan oleh pola asuh orang tua yang kurang tepat, terutama saat awal kehidupan anak dalam membentuk basic trust atau kepercayaan dasar. Anak yang tidak memilki rasa aman dan memandang dunia diluar dirinya sebagai ancaman, ia cendrung akan lebih muda mengalami kecemasan khususnya saat mengalami berbagai perubahan situasi dan kondisi sekitar.

3. Faktor pemicu Temper Tantrum

Izzaty dalam Riana Mashar , menyatakan bahwa beberapa ahli menyebutkan penyebab temper tantrum yang paling umum terjadi pada anak karena beberapa hal, yaitu frustasi, lapar, sakit, kemarahan, kecemburuan, perubahan dalam rutinitas, serta tertekan dirumah dan disekolah.

4. Faktor pemicu Menarik Diri (Withdrawl)

Terdapat beberapa penyebab withdrawl pada anak, yaitu faktor lingkungan yang kurang member stimulasi dan dorongan untuk bersosialisasi; serta kecendrungan tipe kepribadian anak yang menurut Jung mengarah pada tipe kepribadian introvert. Atau ditinjau dari disposisi emosional berdasar cairan tubuh yang dikemukakan Hippocrates, maka anak tersebut cendrung termasuk dalam kategori melankolis.

5. Faktor pemicu Hipersensitivitas

Hipersensitivitas dapat disebabkan karena perasaan berbeda dengan orang lain. Anak merasa dirinya tidak sepandai, semenarik atau sepopuler anak-anak lain. Selain itu, dapat pula disebabkkan oleh adanya harapan-harapan yang tidak realistis. Bila anak terlalu berharap dari orang lain, secara terus-menerus mereka akan kecewa.

6. Faktor pemicu Bunuh Diri

Hidayat dalam Riana Mashar , menyatakan bahwa bunuh diri adalah tindakan merusak diri sendiri yang mengakibatkan kematian. Bunuh dari pada anak-anak umumnya disebabkan implusivitas dank karena kekacauan dalam kelaurga.

orang tua dan pendidik perlu memerhatikan beberapa perlakuan awal bagi anak dengan perilaku agresi sebgaai berikut :

1.Mengajarkan semua anak tentang keterampilan sosila untuk berhubungan dengan orang lain.

2.Menciptakan lingkungan sekolah yang menekan tingkat frustasi atau tekanan pada anak, sehingga lebih memberi keleluasaan anak dalam beraktifitas selama proses pembelajaran, misalnya dengan penerapan pembelajaran aktif.

3.Anak yang berprilaku agresif dapat diatasi dengan menerapkan peraturan yang disertai dengan pemberian penguat atau positive reinforcement dan negative reinforcement.

4.Orang tua dan pendidik dapat pula menerapkan tekhnik penghapusan (extinction) atau pengabaian, yaitu dengan mengabaikan perilaku agresi anak dan tidak menunjukkan perhatian saat anak berperilaku agresi.

5.Anak diajarkan untuk lebih mengembangkan kecerdasan emosinya, dengan melatih anak untuk mampu mengenali emosi, mengelola emosi, berempati, mengembangkan hubungan baik dengan teman, dan motivasi diri. Ini semua dapat diawali dengan relaksasi diri.

Beberapa penyebab kecemasan yang dialami anak yaitu:

a. Orang tua yang terlalu melindungi (over protective)

b. Orang tua signifikan others yang tidak konsisten, yang menyebabkan anak tidak mampu memprediksi sesuatu yang akan terjadi.

c. Aturan atau disiplin yang terlalu berlebihan, sehingga menimbulkan rasa cemas pada anak jika melakukan kesalahan karena adanya hukuman atau sanksi yang ditakuti anak.

d. Orang tua yang selalu menuntut kesempurnaan atas prestasi anak, membuat anak selalu merasa dituntut melakukan yang terbaik. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan pada pada diri anak dan membuat anak tidak dapat rileks dalam menghadapi berbagai sesuatu.

e. Anak yang selalu mendapat penghargaan bersyarat (conditioning regard), akan cendrung mengalami kecemasan karena anak akan menuntut dirinya sesuai tuntutan dari lingkungan dan membuat anak tidak dapat berekspresi apa adanya.

f. Kritikan yang berlebihan dari orang tua atau orang dewasa disekitarnya.

g. Ketergantungan yang berlebihan terhadap orang dewasa yang ada disekitarnya. Anak yang selalu tergantung pada orang lain dan tidak dibiasakan untuk mandiri, cendrung lebih mudah mengembangkan kecemasan karena ketidakpercayaan pada diri sendiri bahwa ia mampu.

h. Anak yang cendrung tidak banyak bersosialisasi pada orang lain.

i. Figure model dari orang tua atau significan others yang sering menunjukkan kecemasan.

j. Adanya kegagalan atau frustasi yang terus-menerus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun