Buah salak adalah sejenis tumbuhan palma yang buahnya bisa dimakan. Buah ini disebut juga dengan buah ular karena kulit buahnya seperti sisik ular. Pohon buah salah adalah palma perdu atau hampir tanpa memiliki batang dengan duri yang sangat banyak. Tangkai pohon salak memiliki duri yang panjang dan banyak dengan daun majemuk menyirip.
Buah dari tumbuhan salak berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik dengan runcing di bagian pangkal dan membulat pada bagian ujung yang tertutup oleh kulit buah bersisik berwarna kuning coklat hingga coklat merah. Sarkotesta atau dinding buah tengah memiliki tekstur berdaging tebal berwarna putih hingga kuning krem, ada yang memiliki rasa manis, asam, bahkan sepat dengan biji keras berwarna coklat kehitaman di bagian tengah.Â
Buah salak juga dapat di jadi kan cuka. Cuka buah salak merupakan salah satu olahan fermentasi dari buah salak. Cuka buah memiliki daya simpan yang lama dan bermanfaat bagi kesehatan. Proses pembuatan cuka dilakukan melalui 2 tahap fermentasi yaitu, secara anaerob dengan Saccharomyces cerevisiae dan fermentasi aerob dengan bakteri Acetobacter aceti. Tujuan penelitian ini mengetahui kualitas cuka buah salak dengan penambahan konsentrasi Acetobacter aceti 5%, 10%, dan 15%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu penambahan konsentrasi Acetobacter aceti yang berbeda yaitu 5 %, 10 %, dan 15 %. Data hasil pengamatan dianalisa dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Parameter fisik yang diamati adalah tekstur, aroma, warna, dan pH. Parameter kimia yang diamati yaitu kadar total asam, total gula, dan total padatan terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Acetobacter aceti berpengaruh terhadap kadar asam asetat, total gula, dan total padatan terlarut. Kombinasi terbaik terdapat pada perlakuan V1 yaitu diperoleh hasil kadar asam asetat 3,83%, total gula 0,29%, dan total padatan terlarut 8,055%.
 Ada pun kegunaan lain dari buah salak yaitu, dapat memperbaiki kualitas minyak goreng bekas. Lebih tepat nya serbuk biji salak sebagai biosorben dalam memperbaiki kualitas minyak goreng bekas. Pemurnian minyak goreng bekas penggorengan ayam dan lele telah dilakukan dengan memanfaatkan biosorben serbuk biji salak (Salacca zalacca). Penelitian ini dilakukan dengan cara memasukkan serbuk salak ke dalam minyak goreng bekas dengan beberapa variasi. Setelah itu serbuk biji salak sebelum dan sesudah perendaman dikarakterisasi menggunakan spektroskopi inframerah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan waktu perendaman selama dua minggu total kolesterol, trigliserida, MDA (Malondialdehydes), dan LDL (Low Density Lipoprotein) terendah terdapat pada berat biosorben serbuk biji salak 20 g yakni berturut-turut 109, 88 mg/dL, 261, 06 mg/dL, 7, 91 mmol/mL, dan 17, 1 mg/dL. Rendahnya nilai tersebut disebabkan karena sisi aktif pada biosorben berfungsi secara efektif dalam mengikat gugus fungsi yang terdapat pada minyak jelantah, hal ini juga diperkuat dengan spektra infrared. Gugus hidroksil dan metil pada biosorben diduga berperan penting dalam pengikatan gugus-gugus fungsi pada minyak jelantah.Â