Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Dari Menulis Apa Adanya Menjadi Menulis Ada Apanya

28 Februari 2021   16:59 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:11 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika udah punya ide dan bingun mesti mulai dari mana, jalan terbaik adalah tulis satu kalimat. Kalau berat juga, tulisa satu kata yang berfungsi sebagai kalimat. Pergi itu satu kata. Tapi "Pergi!" atau "Pergi?", itu satu kalimat. Mudahkan? Satu kata atau kalimat yang sudah keluar akan menuntun dan bahkan memaksa kita untuk menulis kata dan kalimat lanjutan. 

Masakan nulis cuma satu kata? Masakan satu kata itu kita biarkan kesepian sendirian? Kasihan kan? Nah, kalau sudah mulai kasihan sama kata "ciptaan" sendiri kayak gitu, pasti deh kita akan berusaha mengeluarkan berbagai kata yang lain. Mungkin sekali dalam atau pada akhir proses nulis, kita malah merasa bahwa berbagai kalimat awal yang sudah kita tulis sebelumnya tidak cocok untuk menjadi pembuka cerita. 

Tidak mengapa, sah sah saja. Hapus atau cari tempat yang tepat untuknya. Bisa jadi di tengah, di belakang, atau bisa juga menjadi kalimat penutup. Yang terpenting adalah kita sudah terbebas dari kebuntuan (awal) hanya dengan mengeluarkan satu kata (Maryono: 2020, 5). Mulailah kesadaran untuk menulis hanya dengan menuliskan satu kata saja.

Kemudian, bagaimana tentang penyaluran tulisan. Setidaknya, ada suatu wadah melalui Workshop Menulis Apa Adanya, 5 Februari 2021 lalu yang bekerja sama antara Kakek Sang Network dengan BPK Gunung Mulia, suatu percetakan tertua dan terbesar di Indonesia yang sudah berusia 74 tahun, setahun setelah Indonesia merdeka. 

Dalam workshop, oleh salah satu narasumber bernama Bapak Anton Sulistyanto terbuka untuk menerima berbagai naskah oleh partisipan agar bisa diterbitkan. Pernyataan beliau merupakan suatu kesempatan berharga sekaligus sebuah harapan dari kerinduan partisipan termasuk penulis secara pribadi.

Lalu, bagaimana mengasa keterampilan menulis? Narasumber lain bernama Aldentua Siringoringo menjelaskan bahwa menulis 15 menit dan jangan berhenti, lalu ketika selesai tutup. Di sinilah kita melatih otak dan tangan untuk menulis. Setelah worksop, maka akan ada grup baru dengan konsep pemuridan. 


Sebelumnya, sudah ada grup Writing is Fun (WIF) yang terlebih dahulu menjadi wadah para sahabat penulis menuangkan isi hatinya dan telah mengikuti tahap 1 (7 hari) penulisan dengan topik ditentukan oleh mentor. Setelah lulus tahap 1 maka memasuki tahap 2 selama 1 bulan hingga 6 bulan agar mampu mengasa keterampilan menulis. 

Setidaknya, sudah ada dari peserta anggota yakni penulis berkat bimbingan sang mentor mulai berani untuk mencoba menerbitkan tulisan di akun blog Kompasiana yang merupakan salah satu blog terbesar di Indonesia dan sedang berusaha serta berdoa agar naskah beliau kemudian diterbitkan di BPK Gunung Mulia. 

Menariknya, melalui mentor yang merupakan narasumber sendiri setiap hari memonitor hasil kerja serta usaha para sahabat penulis dengan bekerja sama dengan admin untuk mengumpulkan hasil tugas harian sebelum pukul 22.00 WIB di hari Senin hingga Sabtu. Para sahabat penulis WIF tentunya sangat antusias karena akan diberikan hadiah berupa buku jika menjadi penulis tercepat dan memenuhi syarat kepenulisan selama jangka waktu yang ditentukan. Kebetulan, tanggal 6 Februari 2021 hadiah sudah meluncur ke tangan mereka yang memenuhi syarat kepenulisan itu dan sukacita begitu terlihat ketika mereka berhasil.

Menulis Ada Apanya: Mewartakan Kabar Baik

Kabar baik yang disampaikan oleh Injil mempunyai keunikan yang dahsyat. Di balik peristiwa "dukacita" yang seolah-olah mewartakan ketidakberdayaan, kekalahan, keteraniayaan, kelemahan, ketertindasan, dan kematian tersebut sang Tokoh yang merupakan satu-satunya kekuatan yang mampu mengalahkan dan menaklukkan sebuah kekuatan lain yang tak kalah dahsyatnya karena terbukti telah membelenggu umat manusia sejak manusia pertama hingga kini, yakni dosa, musuh terbesar umat manusia (Surbakti: 2008, 6).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun