Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bukan Pilihan

19 April 2017   00:28 Diperbarui: 19 April 2017   00:40 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://soundcloud.com/rathu_rachman/iwan-fals-aku-bukan-pilhan-cover

Si putri sumringah. Kesalnya hilang. Ia bersiul. Para gadis kembali. Mengangkat alat bermain yang kemarin ditinggal. Membersihkan ubin dengan cairan pewangi. Seperti hendak menghapus jejak menjijikkan. Mengepelnya hingga mengkilap. Lagi. Menyusun kembali dan bermain. Riang jenaka. Si putri kembali bersiul.

Seekor tikus besar berlari kencang melewati sudut pusara. Ekornya sempat menyentuh  pinggiran luar telapak kaki seorang gadis. Ia menjerit, melompat berdiri. Mengira ular, matanya mengejar untuk memastikan. Ternyata tikus. Hanya tikus. Mereka pun melanjutkan bermain. Angin sepoi. Aroma busuk perlahan menyembul. Sedikit menyengat hidung. Beberapa mata saling menatap. Mencoba mencari sumber, mencoba mengendus. Namun, bau itu lenyap. Lalu muncul lagi. Mereka menghentikan permainan sejenak. Ingin memastikan.  

Seekor kupu-kupu raksasa hinggap di puncak pusara. Warnanya kuning, dengan kombinasi bintik hitam, putih, dan warna emas. “Hai lihat temans, cantik, cantik,cantiiiiik sekali” teriak seorang sambil menunjuk. Semua mata berpindah arah. Segera mereka mengerumuni. Seorang mencoba menangkapnya.   

Kupu-kupu itu pun terbang. Luput. Gadis-gadis belia itu berebutan mengejar. Kamera HaPe diarahkan. Seperti amatiran mengejar artis. Kupu-kupu itu hinggap di dahan kamboja, lalu berpindah ke dahan lain, lalu berpindah lagi, dan lagi. Anak-anak tetap mengejar, bergermbira dan memotret. Menikmati permainan baru. Keterpesonaan dan keasyikan membuat mereka tak peduli panas, sengat belukar, dan debu. Terus mengejar, tertawa riang, dan menikmati.

Begitulah. Pilihan beralih. Kerap, begitu cepat. Putri ditinggalkan, dengan bau bangkai yang meliput. Cantik, namun busuk. Kenangan sepintas, meninggalkan pedih. Ia menangis. Meratap.

Di kejauhan terdengar suara riang yang kian menjauh. Asyik mengejar kupu-kupu. Masih. Dan selalu!


--- empat ---

B  u  k  a  n    p  i  l  i  h  a  n

S   e   l   e   s   a   i. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun