Kau tak pernah jemu tersenyum
Semburat wajahmu menyinari langit senja yang semakin lama semakin temaram
Begitulah kau, tak sedikit pun bosan menyapa jiwa-jiwa kusam
Namun kami hanya membalas senyummu dengan anggukan dan gumam seadanya, misalnya, "kau datang lagi, semoga tahun ini kami bisa memetik buah kasih yang kau sajikan di penghujung malam."
Harimu selalu dipenuhi malaikat yang memikat para pencari makrifat
Disela kesibukan penikmat dunia, kau menyelimuti langit
Lalu menghujani kami air rahmat
Tapi, kami masih saja memayungi hati kami dengan maksiat
Adakah kami merasa menyesal?
Tidak. Kami terus saja tersesat dalam khayal
Yang kami tahu hanya memuaskan perut dan akal