Saya memiliki pengetahuan terbatas tentang Agustin Teras Narang. Tapi diluar dari ketokohan beliau yang cukup dikenal di Kalimantan Tengah, sosoknya tak sebatas pantas dikagumi oleh para pendukungnya di Kalimantan Tengah. Saya termasuk satu diantara pengagum Gubernur Kalimantan Tengah dua periode itu.
Pria kelahiran Oktober ini adalah satu dari sedikit banyak tokoh lokal yang bisa menembus kancah politik nasional. Tak sebatas menembus kancah politik nasional, tetapi juga ia memiliki karisma dan sikap positif yang patut diteladani. Tidak seperti tokoh kemarin sore yang suka mencari sensasi untuk tampil ke panggung politik nasional, Agustin Teras Narang jauh berbeda. Ia benar-benar seorang politikus yang lahir dari bawah dengan kapasitas intelektual yang mumpuni.
Saya membaca jejak beliau sejak kuliah di Jogja pada 2006 silam. Apa yang pertama-tama membuat kagum, jujur saja adalah keterpilihan dia sebagai Gubernur. Meski seorang nasionalis tulen, kita tak menutup fakta bahwa adalah sulit seseorang dengan identitas minor bisa tampil memimpin di panggung utama. Dan seorang Agustin Teras Narang serta seluruh rakyat Kalimantan Tengah membuktikan nasionalisme tinggi mereka. Menegaskan bahwa Pancasila masih jadi panduan hidup berbangsa disana dan integritas masih jadi tolok ukur kepemimpinan.
Ya, tentu saja terpilihnya Agustin Teras Narang kala itu adalah inspirasi besar dan juga harapan pada perjalanan kebangsaan. Ia memberi harapan bahwa siapa saja bisa menjadi pemimpin untuk membawa kemajuan bagi negeri. Hal itu ia buktikan dengan dedikasi yang menghantarnya terpilih kembali untuk periode kedua.
Tak sampai disitu, ia adalah pemimpin dengan banyak catatan prestasi. Tak salah ia menjadi salah seorang penerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2009 silam. Bersama tokoh nasional lain ia mendapat penghargaan tertinggi negara bagi kalangan sipil atas dedikasinya bagi negeri. Penghargaan yang rasanya baru kali pertama diraih seorang warga dan pemimpin dari Kalimantan Tengah. Prestasi lainnya termasuk penghargaan sebagai tokoh anti Korupsi dan Ksatria Bakti Husada untuk dedikasinya melahirkan kepemimpinan yang transparan dan kepedulian pada kesehatan masyarakat.
Namun ada hal menarik yang tak banyak dilihat oleh orang luar Kalimantan Tengah. Keputusan seorang Agustin Teras Narang yang nasionalis tulen itu keluar dari partai yang selama ini menjadi rumah yang telah membesarkan dan dibesarkannya. Jejak politiknya dari bawah hingga ke DPR RI dan Gubernur Kalimantan Tengah ada dalam partai. Namun keluarnya ia dari posisi elit partai, menarik perhatian.
Saat mengejar beliau dalam sebuah liputan mengenai proyek kelistrikan di Kementerian Dalam Negeri beberapa tahun silam, saya tak punya bayangan bahwa ia akan keluar dari partai. Apalagi saat ia sebenarnya berpeluang mendapatkan jabatan mentereng dengan kemenangan partainya dalam Pipres 2014 silam.
Sosoknya yang santer dikabarkan jadi Menteri Dalam Negeri kala itu memang tidak terpilih. Namun ia tetap loyal pada pilihan partainya, sebagaimana sejak awal memang ia sendiri tidak terlihat berusaha mencari posisi dalam kabinet. Dorongan besar dan harapan masyarakat Dayak terhadapnya, tak membuatnya jumawa. Belakangan bahkan ia mengakui juga, bahwa jabatan Duta Besar sempat mampir kepadanya dari Istana. Dengan sopan ia menolak posisi itu. (AntaraNews Kalteng)
Misi Kebangsaan Lewat DPD RI
Maka ketika sosok pecinta kebudayaan ini keluar dari partai dan mengambil arah juang lewat Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), bisa dipahami arahnya. Ia membuktikan bahwa posisi terbaik dari sebuah jabatan, mesti langsung berdampak pada masyarakat Kalimantan Tengah. Kecintaannya pada tanah moyang dan rakyat yang memberinya kepercayaan dua periode sebagai Gubernur, mesti selalu dibalas dengan perjuangan. Perjuangan bersama. Hal yang bakal sulit didapatkannya secara penuh bila ia menjadi duta besar di negara lain.
Membandingkan posisi Duta Besar dengan menjadi senator DPD RI yang terbatas kewenangannya tentu tidak tepat. Meski melihat posisi itu, tentu saja bagi sebagian politikus bakal lebih memilih posisi Duta Besar dengan segala kewenangan dan kesempatan besarnya di luar negeri. Namun logika demikian tak berlaku bagi seorang Agustin Teras Narang yang juga banyak dekat dan menularkan ilmunya bagi para milenial penerus bangsa.
Agustin Teras Narang bukan politikus yang mencari kenyamanan sejak awal. Berjuang lewat DPD RI dengan melepas posisi elit di partai dan tawaran Duta Besar tentu bukan hal mudah. Namun tentu saja sebagai seorang politikus yang juga intelektual, Agustin Teras Narang sadar bahwa DPD RI membutuhkan lebih banyak orang berkualitas untuk membenahi lembaga tinggi negara tersebut. Itulah panggilan sejati seorang politikus, menjadikan politik sebagai sarana perjuangan bagi kebaikan publik. Bukan untuk perjuangan pribadi dan golongan semata.
Misi menuju DPD RI adalah sebuah perjalanan yang menuntut kematangan berpolitik sekaligus kesiapan kompetensi serta daya intelektualitas. Disinilah sosok yang juga pengajar di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta ini, menjadi menarik. Sebab kali ini ia pribadi mencoba jalur perjuangan yang tak mudah. Terlebih ditengah terbatasnya kewenangan DPD RI serta beberapa ombak politik yang menyertai lembaga tersebut belakangan. Padahal dengan kinerja DPR RI yang juga sampai saat ini belum optimal dalam melahirkan produk legislasi, sudah selayaknya DPR RI juga menjadi roda penyeimbang.
Dengan kewenangan yang punya daya memutuskan untuk produk legislasi yang berkaitan dengan daerah, maka peran DPD RI akan lebih besar. Sebaliknya daerah juga kepentingannya akan lebih terwakili dan pertarungan kepentingan politik partai dalam pembahasan produk legislasi bisa dinetralisir dengan peran DPD RI. Dengan begitu, produk legislasi bisa mengedepankan sinergi dan melahirkan efektivitas yang bermanfaat bagi daerah dan bangsa.
Untuk itulah, kehadiran politikus multi talenta dan kaya pengalaman seperti Agustin Teras Narang menjadi penting. Berbekal pengalaman berpolitik dan jejaring luas sekian dekade, misi Agustin Teras Narang ke DPD RI mestinya mendapatkan sokongan dari semua pihak di Kalimantan Tengah. Juga sokongan semua masyarakat Dayak di berbagai daerah yang pernah dipimpinnya sebagai Presiden di Majelis Adat Dayak Nasional. Termasuk oleh mereka yang ingin melihat DPD RI jadi lembaga tinggi negara yang hidup dan berarti bagi daerah serta bagi kemajuan NKRI.
Terlebih sebagai seorang yang pernah jadi politisi di DPR, ia sempat menjadi Ketua Komisi II DPR RI yang membahas Undang-Undang mengenai DPD RI. Pun relasinya dengan rumah lamanya di partai maupun dengan elit partai lain akan sangat berguna bagi proses amandemen Undang Undang Dasar yang memberi ruang penguatan bagi DPD RI.
Dukungan Keluarga dan Masyarakat
Merujuk pada kalimat beliau di sosial media. Bahwa dengan perjuangan menyakinkan anak cucu dan keluarga agar ia diperkenankan mengabdi sekali lagi untuk Kalimantan Tengah dan Negeri yang dicintai. Ia tahu benar konsekuensi yang mesti diambil yang berdampak pada waktu berkumpul dengan keluarga. Namun selagi akal budi dan nurani masih bisa diabdikan setidaknya sekali lagi, maka tak ada alasan untuk berhenti berjuang. Agustin Teras Narang pun sadar pentingnya melibatkan masyarakat untuk berjuang bersama. Seperti ujarannya yang merendah lagi santun, bila masyarakat Kalimantan Tengah menghendakinya berjuang sekali lagi. Sekali lagi lewat DPD RI.
Selamat berjuang kali ini Agustin Teras Narang. Isen Mulang ...
Â