Mohon tunggu...
Selvi Dwi Septiarini
Selvi Dwi Septiarini Mohon Tunggu... -

Menulis merupakan kesempatan untuk mengasah cara berfikir dan menuangkannya ke dalam sebuah artiel yang relevan dan mudah dipahami publik. Setiap artikel adalah refleksi dari penyajian informasi dengan cara yang informatif dan menarik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harapan Kerja Tenggelam di Tengah Sorak Sorai Hari Buruh

1 Mei 2025   19:39 Diperbarui: 1 Mei 2025   19:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengangguran yang kian tak terbendung tanpa solusi pasti. (CNBC Indonesia)

Hari Buruh seharusnya menjadi momen perayaan bagi pekerja. Namun realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya, baru-baru ini sebuah video menunjukkan calon pekerja terjatuh ke parit saat mengikuti walk-in interview di PT Letsolar Energy, Batam. Antrian panjang dan desakan yang tak terkendali memperlihatkan betapa sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia. Gaji tak sebanding, lapangan kerja semakin sempit, serta syarat kerja yang hampir tak masuk akal. Apakah Indonesia benar-benar baik-baik saja?

Pemandangan ini bukan sekadar insiden yang tak disengaja, melainkan potret getir dari sempitnya peluang kerja dan rendahnya penghargaan terhadap para pencari nafkah di tanah air. Di saat sebagian masyarakat merayakan hari libur, sebagian lainnya justru harus menggadaikan harga diri demi secercah harapan untuk diterima bekerja.

Permasalahan ini kian rumit ketika syarat dalam rekrutmen tenaga kerja justru mencerminkan ketimpangan struktural yang mengabaikan akal sehat. Banyak perusahaan menetapkan kriteria yang tak rasional, dengan batasan usia maksimal 25 tahun namun menuntut pengalaman kerja minimal dua tahun, berpenampilan menarik, tinggi badan ideal, serta kesediaan bekerja di bawah tekanan tanpa kepastian jenjang karier yang jelas. Di sisi lain, kompensasi yang ditawarkan kerap jauh dari layak. Tidak sedikit buruh yang diganjar upah di bawah standar minimum, bahkan hanya menerima bayaran harian yang tak sepadan dengan jam kerja yang melampaui batas. Fenomena ini menegaskan adanya disorientasi kebijakan ketenagakerjaan yang gagal menjamin keadilan bagi rakyat pekerja.  

Dilansir dari BPS per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 4,91%, atau setara dengan 7,47 juta jiwa. Angka ini cukup menghawatirkan, terutama ketika mayoritas dari mereka merupakan lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi.  Alih-alih disambut peluang, yang mereka temui justru realitas pahit berupa penolakan, diskriminasi usia, dan tuntutan pengalaman yang tak sebanding. Lebih dari itu, data ini bahkan belum mencakup mereka yang terseok di sektor informal yang bekerja tanpa kepastian jam kerja, tanpa perlindungan sosial, bahkan sering kali tanpa upah yang layak. Mereka adalah jutaan orang yang secara kasatmata tampak bekerja, namun sejatinya masih hidup dalam kemiskinan.

Hari Buruh seharusnya menjadi pengingat dan bukan hanya seremoni belaka. Sebuah penanda bahwa masih banyak buruh yang belum mengecap keadilan sosial. Bahwa para pekerja bukan hanya angka statistik dalam laporan tahunan, melainkan insan yang berhak atas kehidupan yang layak dan bermartabat. Sudah saatnya negara menunjukkan keberpihakan sejati kepada mereka yang menopang perekonomian lewat peluh dan pengorbanan yang kerap luput dari sorotan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun