Seorang anak korban cinta segitiga orang tua tidak mudah untuk berdamai dengan keadaan. Entah anak dari pihak pertama atau pihak kedua.Â
Dampak cinta segitiga orang tua, bisa berakibat pada perceraian dan bisa juga tidak. Tergantung keputusan dan cara penyelesaian dari tiap pasangan. Namun, kisah cinta segitiga orang tua akan memengaruhi mental anak jika anak mengetahui permasalahan tersebut.Â
Anak yang terjebak dalam kisah cinta segitiga orang tuanya akan mengalami beban psikologis dalam jangka waktu yang panjang. Pastinya hal ini berpengaruh terhadap kemampuan dan tumbuh kembang anak.Â
Beberapa sikap yang dapat dirasakan anak ketika mengetahui orang tuanya sedang terlibat cinta segitiga antara lain:
1. Malu
Perasaan malu akan hadir bagi seorang anak yang mengetahui orang tuanya terlibat cinta segitiga. Jika dibiarkan, lambat laun anak enggan berbicara dan akhirnya tidak percaya diri. Ia pun akhirnya akan menarik diri dari teman-temannya.
2. Marah
Perasaan marah merupakan emosi yang keluar karena adanya perasaan tersakiti. Bisa saja ia tidak terima jika salah satu orang tuanya tersakiti atau karena ia tidak menerima perhatian lagi sejak terjadinya kisah cinta segitiga orang tuanya.Â
3. Merasa kesepian
Rasa kesepian yang dialami anak bisa terjadi karena ia tidak mendapat perhatian yang sama. Bisa juga sebagai akibat ia menarik diri dari teman-temannya.Â
4. Merasa kebingungan
Ketika terjadi masalah pada orang tuanya, anak merasa bingung harus berpihak pada siapa. Lebih parahnya jika hal ini dialami pada anak-anak yang masih belum dewasa. Dalam dirinya mungkin ada banyak pertanyaan: Mengapa ini terjadi, Siapa yang bersalah, dan mungkin berbagai pertanyaan yang tidak dapat langsung terjawab dalam waktu singkat.Â
5. Memiliki perilaku kasar
Perilaku kasar dari anak bisa terjadi sebagai akibat luapan amarah. Namun, bisa juga karena efek melihat pertengkaran orang tua. Suatu luapan emosi karena tidak tahu harus berbuat apa.
Menjadi seorang anak korban cinta segitiga memang tidak enaked. Namun, jika hal tersebut sudah terjadi, bukan berarti akhir dari kehidupan. Anak masih memiliki perjalanan panjang untuk meraih mimpi.
Selain orang tua, orang-orang di sekitar juga bisa menjadi penyelamat masa depan anak. Tidak menggunjingkan permasalahan orang tua dan mau mengajak anak bercerita atau sekadar menjadi teman curhat, dapat membantu kebingungan mereka.Â