Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asa Mengangkasa [Example]

23 Mei 2016   07:24 Diperbarui: 23 Mei 2016   07:29 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja Anjani, gadis kecil berkulit putih ini mempunyai banyak keinginan yang sesuai dengan kebisaannya yaitu menyanyi dan berpuisi. Suaranya tidaklah merdu-merdu sangat, namun tidak fals saat nyaring menyanyikan sebuah lagu yang dia tirukan dari sebuah radio siaran lokal. Mungkin karena darah seni dari keluarga besarnya yang membuat dia mempunyai (sedikit) bakat menyanyi. Omanya dari pihak papanya adalah penyanyi gereja yang vokalnya mencapai 4 oktaf, papanya sendiri adalah pemusik meski masih di level kampung dan gereja saja.

Adapun kesukaan dalam berpuisi, Anjani tidak tahu dari siapa jiwa seni itu menurun padanya. Yang jelas saat pertama kali didaulat oleh guru SDnya untuk mengikuti lomba puisi, Anjani serta merta menyanggupi. Dan harapan guru SDnya terbukti tepat karena dia bisa mempersembahkan piala kemenangan bagi SDnya.

Hari berlanjut, Anjani menjalani hidupnya seperti gadis-gadis lainnya, hanya bedanya dia kerap mengisi selingan waktu dengan  berpentas di berbagai lomba, baik lomba menyanyi ataupun berpuisi. Meski dalam hal pelajaran akademiknya tidaklah begitu cemerlang, namun setidaknya lewat seni, Anjani bisa turut mengharumkan nama sekolah dan juga orang tuanya.

Tak menyerah, tak putus ada dengan apapun hasilnya, itulah motto hidup Anjani, jadi meski terkadang dalam lomba dia tak mendapatkan gelar juara, namun itu tak menyurutkan niat dan kesukaannya untuk tetap menyalurkan keinginannya bernyanyi dan berpuisi. 

Dan Anjani adalah salah satu dari sekian banyak  anak yang beruntung karena tanpa dukungan orang tuanya dia bisa mengasah kemampuan dan kebisaannya di dunia seni khususnya berpuisi. Sebab dari hobby membaca puisi akhirnya Anjani pun mulai mencoba-coba menulis sendiri puisi-puisinya. Tidak sehebat penyair-penyair yang namanya telah mengangkasa di jagad perpuisian, namun Anjani tidak berhenti begitu saja meski terkadang kritik menghampiri puisi-puisinya. Bahkan dengan kritik itu, dia makin semangat mempelajari seni sastra khusunya puisi.

Anjani dengan kemampuannya hanya sedikit contoh untuk orang tua agar bisa membaca keinginan anak-anaknya lalu menyalurkan bakatnya agar  bis berprestasi sesuai kebisaaan dan kebiasaannya. Misalnya sang anak suka menggambar, bisa dimasukkan ke sanggar-sanggar (yang kini banyak bermunculan di sekitar kita) agar bisa meningkatkan kemampuan bakatnya. 

Kini Anjani sudahlah dewasa, dunia puisi masihlah dia giati dengan penuh kecintaan, meski untuk menyanyi dia sudah tidak menjamahnya lagi. Sebab entah mengapa suaranya sudah tidak bisa dipentaskan lagi. Mungkin karena jarang diasah, jadi kemapuan vokalnya menurun drastis.

Anjani dan kenangan masa kecilnya, semoga bisa menginspirasi banyak orang, agar tak pernah menyerah ataupun berhenti andai mempunyai asa ataupun cita-cita meski terkadang jalanan tak semulus jalan tol untuk kita tapaki. Selagi ada kemauan dan juga usaha tak putus-putusnya, inshaa Allah, keinginan akan terwujud. Selain itu juga doa perlu kita mintakan pada Tuhan agar takdir berpihak pada kita.

*PK, 23 5 16*

Tulisan ini aku buat selain meramaikan Lomba Nulis Planet Kenthir juga untuk mengenang 6 tahunku di Kompasiana.

sekian dan wassalam

ilustarsi gambar Planet Kenthir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun