"Itu tak sulit," jawab Eglantine. Ia mengatakan bahwa teman-teman dan gurunya sangat ramah, bahkan ada teman laki-lakinya, Foz, yang berbaik hati mengajaknya ke kantin, dan mengelilingi sekolah. "Foz itu anak Kepala Sekolah, Bu Yudistira. Aku senang berteman dengannya, asik diajak bercanda. Tak seperti kak Elden, tentunya. Tahu tidak, kak? Bola matamu bahkan hampir keluar tadi saat aku meminta kakak mengajariku bahasa pinguin," Eglantine masih terkikik, sementara Elden geleng-geleng.
"Pokoknya sahabat baruku Foz," ujarnya tegas, khas anak kecil yang ketika meminta sesuatu pada orangtuanya, tetap keukeuh pada keinginannya tersebut.
"Tak ada kawanmu perempuan?"
"Ada. Mira, Seli, Khisan, Brucie, Alfreeda, Donella, Laviette, Maurel ..."
"Oke, bisa diteruskan lain kali, saatnya belajar. Apa yang sudah kau pelajari selama ini di sekolah?" Elden menghentikan pembicaraan Eglantine.
"Belum banyak, kak. Aku dan teman-teman disuruh berhitung, tak terlalu susah. Materinya perkalian." Lalu Elden menasihatinya untuk jangan ragu bertanya saat ia kesulitan, dan Eglantine manggut-manggut saja.
***
Malam itu, saat Elden bersiap untuk tidur ...
Telepon rumah berdering. Elden berdebar, takut itu sesuatu yang penting. Suara di seberang menghunjam jantungnya saat itu juga.
Eleanor dan Elvis, orangtuanya, tertimpa kecelakaan lalu lintas. "Halo? Saya petugas administrasi Rumah Sakit Falala Hurika. Apa benar ini keluarga Ibu Eleanor dan Bapak Elvis?"
"S..saya sendiri," suara Elden serak. Apa yang terjadi pada ayah dan ibu?
"Maaf untuk mengganggu malam yang indah ini, tapi tolong segeralah menuju Rumah Sakit Falala, saat ini juga. Ibu Eleanor dan Bapak Elvis tertimpa kecelakaan lalu lintas, tepatnya di Jalan Merah Jambu Muda, pukul 20.29. Terimakasih," pamit petugas tersebut.
Sejenak Elden tak mampu berkata-kata. Namun sejurus kemudian ia langsung menyambar mantelnya, mengajak adiknya turut serta. Bergegas ia mengayuh sepeda kuning kesayangannya. Sesampainya di sana, Elden membabi buta, bertanya kalang kabut pada petugas administrasi. Petugas administrasi tampak tak percaya. Sorot matanya menyiratkan empati kepada dua anak tersebut, dan Elvis serta Eglantine langsung diantarkan ke ruang gawat darurat.