Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Melukis Senja (4): Mengantar Si Bungsu Kuliah di Jepang

24 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 24 Mei 2021   07:54 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The mother-child relationship is paradoxical and, in a sense, tragic. It requires the most intense love on the mother's side, yet this very love must help the child grow away from the mother, and to become fully independent (Erich Fromm)

Hubungan ibu anak adalah paradoks dan, dalam arti tertentu tragis. Hal ini membutuhkan cinta paling intens di sisi ibu, namun cinta ini yang harus membantu anak tumbuh jauh dari ibu, dan menjadi sepenuhnya independen.

Kata-kata Erich Fromm di atas seolah mewakili perasaan saya kala itu, saat harus melepas anak bungsu kuliah di tempat yang cukup jauh dari rumah. Awalnya setelah dia lulus SMA, saya mengira dia akan melanjutkan kuliah S1 di Bandung atau Jakarta, atau di kota lainnya, yang pasti masih di Indonesia. 

Namun jalan nasib berkata lain. Sebuah beasiswa dari  negeri sakura seolah menariknya untuk bisa mengenyam pendidikan S1 di sana. Meski saat akan berangkat ada sedikit keraguan, kebetulan dia juga diterima di sebuah kampus di jalan Ganesha Bandung, dan banyak teman-teman SMA-nya yang juga melanjutkan kuliah di kampus itu.

Sementara di kampusnya di Jepang, dia hanya sendirian. Belum ada teman yang dikenalnya, kecuali seorang kakak kelas yang 2 tahun di atasnya saat SMA.

Setelah membulatkan niat dan tekat, akhirnya kampus di negeri sakura menjadi pilihannya.

Maka mulailah kami mengurus segala sesuatunya. Dia mengurus semuanya sendiri, dari dokumen-dokumen, visa dan surat-surat penting lainnya.

Saya hanya melihat, mengingatkan deadline atau kadang mengantarnya. Eh, saya hanya sekali mengantarnya, yaitu saat tes tulis dan wawancara dengan profesor dari kampusnya di Jepang, yang datang langsung ke Indonesia. 

Selebihnya dia mengurus semuanya sendiri. Melihat kemandirian dan tanggungjawabnya, saya berharap dia akan bisa survival di sana. Karena setelah di sana nanti, dia akan melakukan semuanya sendiri. Saya berdoa semoga dia bisa beradaptasi dan dapat menjalani kuliahnya dengan lancar.

Sementara saya juga mulai mengurus visa, mencari tiket pesawat dan penginapan. Nah saat mengurus visa itu saya baru tahu, bahwa saya tidak dikenakan biaya tambahan. Saya bertanya pada petugas mengapa free, dan petugas pun menjawab bahwa khusus untuk daerah Sendai, Okinawa, Fukushima dan lain-lain free, saya lupa daerah mana saja yang disebutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun