Pernah coba menghitung jika setiap hari beli kopi seharga Rp20.000,- sebulan itu Rp600.000,- dan dalam setahun bisa mencapai Rp7.300.000,- ?Â
Sekilas angka itu terasa kecil, tapi bila diubah jadi tabungan atau investasi, kebiasaan kecil itu bisa jadi pondasi besar untuk keamanan finansial. Mari kita melihat kenapa memilih nabung daripada ngopi bukan soal pelit, melainkan soal prioritas dan kebiasaan yang cerdas.
Kenapa keputusan sederhana seperti memilih nabung daripada ngopi itu penting?
Keputusan-keputusan kecil sehari-hari sering jadi cerminan pemahaman finansial kita. Menabung bukan hanya soal menyisihkan uang, ini soal mindset menempatkan tujuan jangka panjang di depan suara "ingin sekarang". Sementara itu, hasil survei nasional menunjukkan literasi keuangan Indonesia memang meningkat, tapi masih ada celah besar antara pengetahuan dan kebiasaan finansial yang matang. Indeks literasi keuangan tercatat meningkat menjadi 66,46% (SNLIK 2025), sementara inklusi keuangan juga naik namun distribusinya tidak merata antar kelompok usia, daerah, dan tingkat pendidikan. OJK Portal
Walau inklusi meningkat, kenyataan tabungan rumah tangga di Indonesia menunjukkan tantangan. Data menunjukkan rata-rata saldo tabungan per rekening rumah tangga sempat turun dan berada di angka sekitar Rp4--4,3 juta per rekening pada periode 2024. Ini mengindikasikan banyak keluarga yang "memakan" simpanan saat kebutuhan meningkat, sehingga ruang untuk rencana jangka panjang menyempit.
Ngopi kultur yang tumbuh, tapi berapa biayanya?
Budaya ngopi dan munculnya kafe-kafe kekinian memang bagian dari gaya hidup urban. Data produksi dan statistik kopi juga menunjukkan Indonesia sebagai negara yang berkembang konsumsi kopinya dengan peningkatan unit usaha kedai dan konsumsi kopi yang bertumbuh menurut statistik kopi nasional. Tren ini membuat pengeluaran untuk minuman bukan lagi sekadar ritual pagi, tapi bagian dari anggaran gaya hidup. Menyadari tren ini membantu kita memilih kapan menikmati dan kapan mengalihkan dana untuk tujuan yang lebih strategis.Â
Selain menabung, proteksi (contoh: asuransi) dan investasi adalah dua pilar penting. Sayangnya, penetrasi asuransi di Indonesia relatif rendah dilihat dari perbandingan antarnegara dan indikator industri, ada ruang besar untuk peningkatan cakupan perlindungan. Rendahnya penetrasi ini membuat banyak keluarga rentan jika terjadi risiko besar (kecelakaan, sakit, kehilangan pekerjaan). Mengutamakan proteksi kecil ( asuransi kesehatan dasar atau jiwa sesuai kebutuhan keluarga) bisa mencegah jatuhnya tabungan saat krisis.Â
Contoh sederhana, berapa dampak menabung dari kebiasaan ngopi?