Public speaking bukan sekadar kemampuan berbicara bagi pejabat, ini adalah alat utama membangun kepercayaan. Baru-baru ini, dua kejadian mencolok menunjukkan betapa fatalnya salah ucap Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mendapat sorotan setelah menyinggung tuntutan 17+8. Lalu ada Rahayu Saraswati yang memutuskan mundur dari DPR usai ucapannya viral dan menimbulkan protes.Â
Mengapa public speaking penting untuk pejabat?
Sebagai wakil publik, tiap kata punya dampak. Pejabat menghadapi kamera, wartawan, dan yang paling penting harapan rakyat. Ketika nada, pilihan kata, atau konteks salah, pesan bisa diterjemahkan sebagai meremehkan, tidak sensitif, atau bahkan menyinggung. Kasus Menkeu Purbaya yang akhirnya harus meralat dan meminta maaf memperlihatkan bagaimana respons spontan dapat memantik gelombang kritik dan tekanan politik.Â
Keterampilan berbicara yang baik membantu:
Menjaga kejelasan pesan sehingga kebijakan dapat dipahami publik.
Mengurangi ruang interpretasi negatif yang memicu kontroversi.
Mengelola krisis komunikasi secara cepat dan meyakinkan.
Pelajaran dari dua kasus nyata
Purbaya menilai tuntutan 17+8 sebagai suara sebagian kecil yang kemudian menuai reaksi keras. Pun hari ini beliau memberi klarifikasi dan permintaan maaf setelah kritik publik, termasuk tentang anaknya. Â Di sisi lain, Rahayu Saraswati memilih mundur setelah ucapannya di sebuah podcast kembali viral dan dianggap melukai banyak pihak. Hal ini sebuah pengingat bahwa rekam jejak tutur kata bisa kembali menghantui di kemudian hari.Â
Dari dua peristiwa ini kita ambil beberapa pelajaran praktis untuk pejabat: