---
Dengan perasaan gugup, Lina dan Arya melangkah menuju mansion tua yang telah mengganggu pikiran mereka selama berminggu-minggu. Jalan menuju mansion terasa lebih suram daripada sebelumnya, seolah-olah bayangan masa lalu menanti mereka. Arya menggenggam tangan Lina erat-erat, memberi kekuatan.
"Kamu siap?" tanya Arya, menatap Lina penuh perhatian.
Lina menarik napas dalam-dalam. "Ya siap nggak siap... aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Begitu mereka masuk ke dalam mansion, suasana berubah drastis. Rasanya lebih berat, seolah-olah ada sesuatu yang menekan dada mereka. Bayangan di dinding tampak bergerak-gerak samar. Arya menyalakan senter, dan mereka berjalan perlahan ke dalam.
"Foto-foto itu ada di sini," bisik Lina, mengarahkan senter ke ruang perpustakaan yang dulu membuatnya ketakutan. Kali ini, dengan Arya di sisinya, dia merasa sedikit lebih berani. Namun, perasaan gelisah tetap merayap di dalam dirinya.
Setelah beberapa saat mencari, mereka menemukan rak buku yang tersembunyi di belakang selembar tirai tua. Dengan hati-hati, Arya menarik rak tersebut, dan di baliknya mereka menemukan sebuah kotak kayu tua yang tertutup rapat
.
"Kamu lihat ini?" Arya berkata, suaranya rendah.
Kotak itu sudah sangat tua, tapi masih dalam kondisi baik. Ada ukiran nama Clara di permukaan kotaknya. Lina merasa jantungnya berdegup semakin kencang.
"Kurasa... kotak ini milik Clara," bisik Lina.