"Aku sering mengalami mimpi aneh sebelum bertemu denganmu. Mimpi tentang seorang wanita di sebuah mansion tua. Aku merasa seperti dipanggil ke sana, seolah-olah ada yang menungguku. Dan sejak bertemu denganmu, mimpi itu hilang... tapi perasaan bahwa kita sudah saling kenal itu masih ada."
Lina terdiam. Tubuhnya menegang. "Aku...aku juga punya cerita yang aneh, Mas. Ada sesuatu yang terjadi sebelum kita bertemu... sesuatu di mansion itu. Aku belum pernah cerita ini ke siapa-siapa," kata Lina, suaranya pelan.
Arya mendengarkan dengan seksama, ekspresi wajahnya penuh perhatian.
"Sebelum aku bertemu denganmu, aku pernah dapat job foto di sebuah mansion tua. Di sana... aku mengalami banyak hal aneh. Ada foto-foto yang mirip denganku, dan aku juga mendengar suara-suara... seolah-olah seseorang memanggilku," suaranya bergetar.
Lina melanjutkan ceritanya dengan detail, termasuk mimpinya yang mirip-mirip dengan mimpi Arya. Bagaimana di mimpi itu, dia kembali ke mansion, tetapi suasananya berbeda. Taman di sekeliling mansion yang indah, penuh dengan bunga-bunga bermekaran. Lalu di tengah taman itu, ada seorang pria berdiri dengan wajahnya yang samar, dan itu adalah Arya.
Arya terdiam sesaat sebelum berbicara. "Sayang, ini terdengar gila!"
Lina terdiam, berusaha mencerna semuanya. "Ini... ini terlalu aneh untuk jadi kebetulan, Mas..."
"Aku tahu," Arya mengangguk. "Dan aku merasa ini semua ada hubungannya dengan masa lalu. Dengan sesuatu yang belum selesai."
"Dan aku... aku merasa ada hubungan antara kita dan tempat itu, Mas. Kita harus kembali ke sana!" timpal Lina.
Arya memegang tangan Lina dengan lembut, mengangguk setuju. "Jika itu yang harus kita lakukan, kita akan pergi bersama."
Akhirnya, merekapun memutuskan untuk kembali ke mansion tua, tempat Lina pertama kali merasakan pengalaman aneh itu. Mereka berharap bisa menemukan jawaban di sana.