Mohon tunggu...
tri bawonoaji
tri bawonoaji Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

Saya adalah manusia biasa saja seperti yang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Salah Kaprah Suplemen Makanan

10 September 2023   13:52 Diperbarui: 11 September 2023   03:57 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis suplemen melanda hampir di seluruh dunia, terutama Amerika, Australia, bahkan sampai ke Asia, termasuk Indonesia. Tayangan iklan tentang food supplement itu begitu marak sehingga menarik untuk disimak. Khasiat yang ditawarkan mulai pencegah kanker, penurun tekanan darah tinggi, peningkatan daya seksual ataupun daya ingat. Siapa saja yang sesungguhnya membutuhkan suplemen makanan yang banyak ditawarkan itu ?

Sekitar 2000 tahun yang lalu, bapak ilmu kedokteran barat Hipocrates berujar : "Let your food be your medicine and let medicine be your food". Ini bisa diartikan pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan seseorang secara optimal dan dari zat gizi makanan, sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam penyakit.

Timbul pertanyaan di era modernisasi dan globalisasi ini : mampukah kita memenuhi pola makan yang seimbang ? Sebagian dari kita tidak. Mungkin inilah yang menjadi latar belakang tumbuhnya berbagai macam bisnis suplemen makanan demikian pesat sehingga memberikan banyak peluang bagi para produsen untuk memasarkannya.

Sebenarnya, perlu atau tidakkah kita mengkonsumsi suplemen makanan dan seberapa banyak kita membutuhkannya? Kondisi bagaimana saja yang memperbolehkan kita mengkonsumsinya? Ada baiknya kita berkonsultasi ke dokter sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen makanan.

Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul dan non kapsul seperti kapsul lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan gizi yang dibutuhkan untuk menjaga vitalitas tubuh tetap prima. Sebagai pelengkap, suplemen makanan bukan diartikan sebagai pengganti (substitusi) makanan kita sehari-hari.

Suplemen makanan umumnya berasal dari bahan-bahan alami tanpa zat kimia walaupun pada vitamin tertentu ada yang berasal dari bahan sintesis. Suplemen vitamin seperti asam folat dalam bentuk sintesis memang lebih mudah terserap dalam tubuh,walaupun vitamin E dari bahan alami jauh lebih baik penyerapannya ketimbang yang sintesis.

Suplemen makanan digolongkan sebagai nutraceutical, sedangkan obat-obatan masuk golongan pharmaceutical. Berbeda dengan obat-obatan yang harus diuji efektivitasnya secara klinis mengikuti serangkaian prosedur, suplemen makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis. Sampai saat inipun jenis nutraceutical boleh dijual secara bebas, tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit seperti halnya obat-obatan. 

Di Indonesia suplemen makanan dimasukkan dalam golongan makanan, bukan obat. Peraturan Menteri Kesehatan No 329/Menkes/Per/XII/76 menyatakan makanan sebagai barang yang untuk dimakan dan diminum, tetapi bukan obat.

Namun akibat pengaruh iklan yang menarik bahwa suplemen makanan dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit ini dan itu, timbullah kerancuan. Tentu di sini peran Ditjen POM (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan) dan Departemen Kesehatan RI sangat penting dalam menentukan masalah labelling, klaim serta etika periklanan untuk melindungi konsumen.

Suplemen makanan jangan dianggap sebagai obat dewa yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Peranan sesungguhnya hanyalah membantu proses pencegahan dan penyembuhan serta rehabilitasi penyakit tertentu. Perlu disadari bahwa konsumsi suplemen makanan sesungguhnya berawal dari konsep kembali ke alam. Sedangkan kita tahu di Indonesia yang notabene negara agraris di wilayah tropis ini ada beraneka ragam makanan segar yang lebih alami dan bermanfaat. Maka sebaiknya pertimbangkalah dahulu sebelum membeli suplemen makanan.

Semoga bermanfaat dan sehat selalu !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun