Mohon tunggu...
Sekar Kanya
Sekar Kanya Mohon Tunggu... Lainnya - eco minimalist

Menuju keluarga minim sampah

Selanjutnya

Tutup

Nature

Net-Zero Emissions ala Millennial Parents

24 Oktober 2021   21:21 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:36 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jajan burger dan es krim pakai wadah sendiri, dokumen pribadi

Millennial Parents, kita bisa dukung net-zero emissions dengan lima hal ini, lho!

Dilansir dari Forest Digest, nol-bersih emisi tak mengacu pada pengertian berhentinya umat manusia memproduksi emisi. Secara alamiah manusia dan dunia tidak bisa tak memproduksi emisi. Manusia bernapas saja menghasilkan karbon dioksida (CO2). Jika dikalikan jumlah manusia sebanyak 7,8 miliar, emisi karbon dari napas manusia berkontribusi 5,8% terhadap volume emisi karbon tahunan. Karena itu, nol-bersih emisi adalah karbon negatif. Artinya, emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer. Apa yang bisa menyerap emisi karbon? Secara alamiah, emisi terserap oleh pohon, laut, dan tanah.

Terdengar membutuhkan usaha yang besar ya, Parents? Tak perlu berpikir terlalu berat. Kita dapat mulai dengan mengurangi jejak karbon dalam keseharian, sekaligus mengajak anak kita untuk ikut berpartisipasi.

Dilansir dari Zerowaste.id, jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya. Aktivitas manusia yang dapat menimbulkan jejak karbon seperti penggunaan kendaraan, penggunaan energi listrik yang berlebihan dan konsumsi makanan.

Parents, mari kita ulas satu per satu cara untuk mengurangi jejak karbon dalam keseharian:

1. Membawa tempat minum dan wadah untuk jajan

"Aku haus, Ma." rengek Si Kecil sambil menghampiri ibunya. Mereka sedang tamasya ke kebun binatang. Ibunya sigap membeli botol air mineral.

"Haduh mahalnya. Tahu begini, mending bawa air minum sendiri." Pernah berada di posisi itu, Parents? Atau sudah berada di posisi yang bisa menahan untuk tidak jajan karena tidak membawa wadah sendiri?

Membawa tempat minum dan wadah sendiri untuk jajan, awalnya memang terasa repot. Jika sudah terbiasa malah ketagihan, Parents! Selain, mengurangi sampah plastik, manfaatnya bisa juga menghemat dan mengontrol pengeluaran. Parents dapat merencanakan lebih dulu apa yang mau dibeli, perkiraan harga dan berapa banyak wadah yang perlu dibawa.

Masih terasa repot? Tenang saja, hanya repot di awal kok, Parents. Jika sudah terbiasa, segala sesuatu terasa mudah, betul 'kan Parents?

2. Membiasakan untuk hemat energi

"Tolong matikan lampunya, Nak! Sudah siang."

Jika Parents pernah mendengar kalimat tersebut pada masanya, selamat! Orangtua Parents sudah termasuk orangtua yang menanamkan untuk hemat energi. Mari kita lanjutkan hal tersebut dan biasakan pada anak kita, Parents!

Selain mematikan lampus ketika tidak digunakan, Parents juga dapat mengganti lampu biasa dengan lampu LED untuk menghemat energi dan mengurangi emisi CO2. Eh, tidak perlu sekarang digantinya. Parents dapat menggantinya setelah lampu lama habisnya dayanya supaya tidak boros sumber daya.

Cara lain untuk menghemat energi ialah membuka jendela pada saat pagi hari sampai matahari akan terbenam. Dilansir dari motherandbeyond.id, sinar matahari dan udara pagi yang cukup dapat membantu tubuh memproduksi hormon serotonin, yang berperan dalam meningkatkan perasaan bahagia, tenang, dan fokus. Paparan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah juga dapat bermanfaat bagi orang yang menderita depresi, gangguan dysphoric pramenstruasi, dan pada wanita hamil dengan depresi.

Apakah sudah terbayang jika setiap pagi bisa merasakan perasaan bahagia, Parents? Menjalani hari pun akan lebih bersemangat, betul 'kan Parents? Kebiasaan baik yang perlu dilanjutkan oleh anak kita.

3. Jalan kaki, yuk!

Mau pergi ke warung, Parents? Tolong simpan dulu kunci motornya. Coba ajak anak untuk temani jalan kaki ke warung. Jalan kaki juga bagus untuk melatih sensori anak, seperti merasakan jalan yang tidak rata, menghirup wangi rumput yang masih berembun atau mendengarkan suara-suara di sepanjang jalan yang dilalui. Jalan kaki bersama anak juga dapat mempererat komunikasi dengan anak dan bonus menurunkan berat badan untuk Parents, lho.

4. Memberikan kesempatan kedua pada barang yang sudah tidak terpakai

Tubuh anak yang pertumbuhannya cepat membutuhkan ukuran pakaiannya cepat berganti juga ya, Parents? Lalu bagaimana merapikan pakaian yang semakin banyak? Mari kita lakukan kegiatan decluttering, Parents! Kegiatan ini berlaku dapat dimulai dari memilah pakaian mana yang sudah tidak dapat dipakai karena sudah tidak muat, modelnya sudah lama, atau sudah tidak membuat Parents merasakan bahagia ketika memakainya.

Lalu pakaian tersebut dikemanakan? Pakaian tersebut dapat didonasikan pada komunitas yang membutuhkan seperti @kangasoi untuk Parents yang ada di Kota Bandung atau @tukarbaju_ untuk kota lainnya ketika mereka mengadakan event donasi pakaian, dijual melalui e-commerce seperti carousell atau diikutsertakan dalam kegiatan barter seperti kegiatan #SalingSilang yang dilakukan oleh @lyfewithless pada setiap hari Minggu. Pastikan kondisi pakaiannya masih baik dan layak pakai ya, Parents.

Jika Parents pernah membeli barang second dengan kondisi yang masih sangat baik, Parents juga sudah memperpendek jejak karbon dan memperpanjang usia pakai dari barang tersebut. Mari kita lanjutkan, Parents! Pakaian second malah sudah menjadi tren dengan istilah thrifting, Parents. Parents tidak perlu merasa malu jika memakai pakaian yang sudah tidak baru. Hal sederhana yang dapat mendukung nol-bersih emisi.

Ilustrasi decluttering - https://alldaychic.com/the-magic-of-decluttering-your-closet/
Ilustrasi decluttering - https://alldaychic.com/the-magic-of-decluttering-your-closet/

5. Memasak dengan bahan makanan lokal dan makan sampai habis

Bahan makanan impor yang sudah sampai di tangan konsumen, proses pengolahan dan pengirimannya meninggalkan jejak karbon yang panjang. Berbeda dengan bahan makanan lokal yang lebih segar, mudah didapat dan harganya lebih murah, betul 'kan Parents?

Selain memasak dengan bahan makanan lokal, mari kita habiskan setiap makanan yang kita konsumsi, Parents.  Karena makanan yang kita konsumsi juga menjadi salah satu sumber gas emisi, terutama jika makanan tersebut berpotensi menjadi gunungan sampah. *

Bagaimana? Apa sudah terbayang apa yang ingin dilakukan lebih dulu, Parents? Parents dapat mulai dengan kegiatan yang menurut Parents paling mudah dilakukan seperti jalan kaki bersama anak. Semoga bermanfaat, ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun